IDXChannel - Inflasi harga konsumen (IHK) Jerman turun menjadi 8,6% pada Desember 2022, dari level sebelumnya sebesar 10% pada November tahun lalu.
Angka ini dilaporkan di bawah konsensus pasar sebesar 9,1%.
Tingkat inflasi ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2022.
Banyak pengamat menyebut bahwa inisiatif pemerintah Jerman untuk menurunkan harga tagihan gas alam rumah tangga mulai menunjukkan hasil.
Adapun Inflasi di sektor barang melambat tajam menjadi 13,9% dari sebelumnya 17,1% di bulan November.
Sementara inflasi energi melambat 24,4% dibanding bulan sebelumnya 38,7%. Sementara inflasi makanan berada di level 20,7%, turun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 21,1%.
Di sisi lain, inflasi jasa melaju cepat menjadi 3,9%, dibanding bulan November sebesar 3,6%. Inflasi juga menyerang di sektor perumahan dengan kenaikan harga sewa 1,9%, tak berubah dari bulan November. Namun, inflasi tetap jauh di atas target Bank Sentral Eropa (ECB) sekitar 2%.
Pada skala bulanan, indeks harga konsumen turun 0,8% di bulan Desember, jauh lebih besar dari perkiraan penurunan oleh analis sebesar 0,3%.
Sepanjang 2022, Jerman menjadi salah satu negara yang terpuruk akibat inflasi tinggi dan perang Rusia-Ukraina. Negara ini paling terdampak dari pengurangan pasokan energi dari Rusia karena bergantung begitu dalam kepada negeri Beruang Merah.
Hal yang paling mencolok dari dampak krisis energi bagi Jerman adalah melambatnya sektor manufaktur Jerman.
Kinerja manufaktur Jerman berdasarkan laporan TheS&P Global dan BME Germany Manufacturing PMI direvisi menjadi 47,1 pada Desember 2022 dari awalnya sebesar 47,4.
Hal ini karena penurunan aktivitas pabrik selama enam bulan berturut-turut, meskipun kinerja pada tiga bulan di penghujung 2022 mengalami penurunan terkecil,
Di sisi lain, pesanan baru untuk produk-produk Jerman turun selama sembilan bulan berturut-turut, mencerminkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan suplai demand yang tidak seimbang.
Di sisi harga, inflasi biaya produksi turun tajam tetapi tetap jauh di atas rata-rata pra-pandemi. Sebagian besar disebabkan oleh harga energi yang tinggi.
Sementara itu, ekspektasi terhadap produksi di masa mendatang, di akhir tahun 2022 ini ‘rebound’ ke level tertinggi sejak Maret lalu.