sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Inflasi Jerman Melandai, Pertanda Baik buat Benua Biru?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
04/01/2023 15:54 WIB
Sebagai motor utama ekonomi benua Eropa, kondisi di Jerman menjadi perhatian khusus bagi para investor.
Inflasi Jerman Melandai, Pertanda Baik buat Benua Biru? (Foto: MNC Media)
Inflasi Jerman Melandai, Pertanda Baik buat Benua Biru? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Inflasi harga konsumen (IHK) Jerman turun menjadi 8,6% pada Desember 2022, dari level sebelumnya sebesar 10% pada November tahun lalu.

Angka ini dilaporkan di bawah konsensus pasar sebesar 9,1%.

Tingkat inflasi ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2022.

Banyak pengamat menyebut bahwa inisiatif pemerintah Jerman untuk menurunkan harga tagihan gas alam rumah tangga mulai menunjukkan hasil.

Adapun Inflasi di sektor barang melambat tajam menjadi 13,9% dari sebelumnya 17,1% di bulan November.

Sementara inflasi energi melambat 24,4% dibanding bulan sebelumnya 38,7%. Sementara inflasi makanan berada di level 20,7%, turun tipis dari bulan sebelumnya sebesar 21,1%.

Di sisi lain, inflasi jasa melaju cepat menjadi 3,9%, dibanding bulan November sebesar 3,6%. Inflasi juga menyerang di sektor perumahan dengan kenaikan harga sewa 1,9%, tak berubah dari bulan November. Namun, inflasi tetap jauh di atas target Bank Sentral Eropa (ECB) sekitar 2%.

Pada skala bulanan, indeks harga konsumen turun 0,8% di bulan Desember, jauh lebih besar dari perkiraan penurunan oleh analis sebesar 0,3%.

Sepanjang 2022, Jerman menjadi salah satu negara yang terpuruk akibat inflasi tinggi dan perang Rusia-Ukraina. Negara ini paling terdampak dari pengurangan pasokan energi dari Rusia karena bergantung begitu dalam kepada negeri Beruang Merah.

Hal yang paling mencolok dari dampak krisis energi bagi Jerman adalah melambatnya sektor manufaktur Jerman.

Kinerja manufaktur Jerman berdasarkan laporan TheS&P Global dan BME Germany Manufacturing PMI direvisi menjadi 47,1 pada Desember 2022 dari awalnya sebesar 47,4.

Hal ini karena penurunan aktivitas pabrik selama enam bulan berturut-turut, meskipun kinerja pada tiga bulan di penghujung 2022 mengalami penurunan terkecil,

Di sisi lain, pesanan baru untuk produk-produk Jerman turun selama sembilan bulan berturut-turut, mencerminkan tingkat ketidakpastian yang tinggi dan suplai demand yang tidak seimbang.

Di sisi harga, inflasi biaya produksi turun tajam tetapi tetap jauh di atas rata-rata pra-pandemi. Sebagian besar disebabkan oleh harga energi yang tinggi.

Sementara itu, ekspektasi terhadap produksi di masa mendatang, di akhir tahun 2022 ini ‘rebound’ ke level tertinggi sejak Maret lalu.

Posisi Jerman dan Prospek Ekonomi Benua Biru 2023

Sebagai motor utama ekonomi benua Eropa, kondisi di Jerman menjadi perhatian khusus bagi para investor.

Jika ekonomi Jerman pulih, maka setitik cahaya mungkin menghampiri Eropa di tengah badai ekonomi yang akan dihadapi pada 2023.

Lembaga konsultan Goldman Sach dalam laporannya berjudul 2023 Europe Outlook: Milder Recession, Higher Terminal Rate mengatakan sempat berpandangan bahwa krisis energi akan mendorong ekonomi Eropa ke dalam resesi musim dingin ini.

Kondisi ini dilihat dari survei dan data produksi menunjukkan perlambatan yang cukup besar dalam industri intensif energi, dan inflasi yang tinggi akan mengurangi pendapatan rumah tangga riil.

Namun, lembaga konsultan kenamaan AS ini melihat resesi yang lebih dangkal karena data utama secara mengejutkan menunjukkan penguatan ekonomi, penyeimbangan kembali pasar gas telah mengurangi risiko subsidi energi dan pemerintah telah memberikan dukungan fiskal yang signifikan.

“Kami memperkirakan bahwa ekonomi kawasan Euro akan berkontraksi hanya sebesar 0,7% dari 2022Q4 hingga 2023Q2, dibanding proyeksi sebelumnya sebesar 1,1%,” tulis laporan tersebut.

Meskipun demikian, situasi pasokan gas Eropa tetap rapuh, kebijakan fiskal mungkin akan memperlambat pertumbuhan pada 2023-24 karena dukungan energi berkurang, dan krisis gas kemungkinan besar akan menyebabkan kerusakan sisi pasokan yang substansial.

“Oleh karena itu, kami melihat pemulihan yang tidak signifikan dan memangkas perkiraan pertumbuhan kami untuk 2023H2 dan 2024Q1,” imbuh laporan Goldamn Sach.

Goldman Sach memperkirakan pertumbuhan di seluruh wilayah Eropa sebesar -0,1% untuk tahun 2023 dan 1,4% untuk tahun 2024, mendekati konsensus selama dua kuartal berikutnya tetapi sedikit di bawah untuk sisa tahun 2023 dan awal 2024.

“Melihat ke seluruh negara, kami memperkirakan Jerman dan Italia akan sangat terpengaruh oleh krisis energi dibanding Prancis dan Spanyol. Meningkatnya imbal hasil obligasi negara, utang tinggi, dan pertumbuhan yang lemah menyebabkan Italia mengalami kerentanan fiskal jangka menengah,”tulis laporan tersebut.

Goldman Sach juga memperkirakan inflasi inti akan berakhir sebesar 3,1% pada 2023 dan 2,2% pada 2024.

“Kami juga memperkirakan ECB akan menurunkan laju kenaikan menjadi 50bp pada bulan Desember karena suku bunga deposito mendekati tingkat netral, staf ECB memangkas proyeksi pertumbuhan mereka dan The Fed juga memperlambat laju kenaikannya,”imbuh laporan tersebut.

Selain itu, Goldman Sach juga menyarankan ECB untuk menaikkan suku bunga deposito menjadi 3% dengan kenaikan akhir 25bps pada Mei 2023. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement