Dilihat dari komponen pembentuk inflasi, inflasi inti yang merupakan kontributor terbesar masih bergerak stabil pada 3,3% (yoy). Angka ini mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat ditengah tekanan kenaikan harga.
Tren stabil ini terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran, seperti sandang, perumahan, perlengkapan rumah tangga, informasi dan komunikasi, yang juga mengindikasikan stabilnya inflasi jasa.
Sementara, inflasi pangan bergejolak (volatile food) menurun cukup dalam menjadi 5,7% (yoy) dari yang sebelumnya 7,20% pada bulan oktober. Penurunan ini didukung oleh deflasi harga aneka cabai.
Di sisi lain, harga beras masih melanjutkan tren naik meskipun dengan kenaikan yang mulai melandai.
“Sebagai respons terhadap tren kenaikan harga beras, pemerintah melalui Bulog telah memasok beras di pasar lebih banyak di tengah kendala stok karena produksi beras nasional yang menurun," jelas Febrio.
"Penguatan stok nasional terus dilakukan melalui koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), yaitu dengan menghimpun produksi dari daerah-daerah sentra,” tambahnya.
Selain beras, terjadi kenaikan harga tahu-tempe seiring dengan naiknya harga kedelai global dan menipisnya stok dalam negeri. Pemerintah telah melaksanakan impor kedelai untuk menjaga stabilisasi suplai domestik.
Pemerintah akan terus menjaga stabilitas harga pangan, terutama menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru), untuk memastikan inflasi semakin terkendali.
Inflasi harga diatur pemerintah (administered price) mengalami penurunan minor menjadi 13,0% (yoy) dari sebelumnya 13,28% yoy didorong oleh normalisasi tarif angkutan udara.