Dia menambahkan selama ini negara-negara lain mendapatkan pasokan bahan baku dari Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pabrik mereka.
"Karena itu, sudah saatnya Indonesia sepenuhnya menjalankan program hilirisasi, memproses komoditas hingga menjadi produk jadi," kata dia.
Sebagai contoh konkret, Bahlil menyebutkan bahwa ekosistem baterai untuk mobil listrik di Indonesia dengan nilai investasi mencapai USD20 miliar, telah menempatkan Indonesia sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia setelah China.
"Nanti bulan November ada investasi USD100 miliar atau Rp100 triliun. Sekarang kita akan membangun lagi dari China dan Korea, itu sekitar USD8 miliar yang juga menjadi salah satu yang terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Bahkan Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik," kata Bahlil.
(NIA DEVIYANA)