Khudori menyebutkan, seiring dengan pemilihan permintaan akan telur kembali meningkat, di satu sisi produksi telur masih belum pulih setelah banyaknya para peternak yang gulung tikar atau mengurangi produksinya. Sebab, 98% produksi telur di Indonesia masih dilakukan oleh peternak kecil.
"Sekarang dan mulai awal tahun lalu permintaan meningkat, ini bukan seperti produk manufaktur, ini makhluk hidup, ketika produksi masih rendah langsung di genjot untuk produksi tinggi, untuk merespon permintaan yang naik itu butuh waktu," sambung Khudori.
Disatu sisi, menurutnya Khudori harga yang pakan ternak yang saat ini juga sedang tinggi menjadi salah satu hambatan para peternak di Indonesia yang sebagian peternak kecil untuk bangkit kembali produksi.
"Produksi menjadi turun, pakan ternak naik juga , itu juga pasti berpengaruh terhadap ongkos produksi, biaya dan harga pokok produksi pasti naik ketika pakan naik, ketika pakan naik, pasti HPP juga naik," pungkasnya.
(DES)