IDXChannel - Harga beras dan sejumlah komoditas pangan di pasar internasional kini tengah mengalami kenaikan.
Hal tersebut itu imbas sejumlah faktor, seperti ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, hingga perubahan iklim yang mempengaruhi pola produksi dan konsumsi.
Indonesia kini tengah bergulat dengan mahalnya harga beras dan sejumlah komoditas pangan lainnya.
Di tengah tekanan harga beras dan sejumlah komoditas pangan lain, Indonesia tengah mempersiapkan program makan siang gratis untuk sekolah dasar yang diusung oleh salah satu pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden dalam pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Menurut Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita, kini sedang terjadi fenomena peralihan sumber pangan masyarakat dunia. Dari yang sebelumnya masyarakat di negara-negara barat mengonsumsi gandum, namun mulai beralih makan nasi.
Kebijakan ini dikhawatirkan akan berdampak pada defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ini karena pemerintah sudah menetapkan defisit APBN 2025 berada dalam rentang 2,45 persen sampai 2,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dikhawatirkan, program ini akan memperlebar defisit tersebut.
Kenaikan Harga Pangan Global hingga Lokal
Harga beras berjangka turun di bawah USD18 per seratus berat (CWT) per Kamis (29/2/2024) yang merupakan level terendah dalam hampir sebulan, karena para pedagang terlibat dalam aksi ambil untung menyusul reli yang menyebabkan harga mencapai titik tertinggi dalam 3 setengah tahun hampir USD19/CWT.
Namun, dalam lima tahun terakhir, harga beras sudah meroket 19,46 persen dan sempat mencapai harga tertinggi pada USD20,6/CWT pada Juni 2020. Pada 9 Februari 2024, harga beras mendekati harga USD19/CWT dan menjadi yang tertinggi sejak akhir 2020. (Lihat grafik di bawah ini.)
Tak hanya beras, harga susu dunia juga mengalami kenaikan dengan kenaikan mingguan mencapai 6,11 persen di level USD17,18/CWT.
Harga susu dunia meningkat 1,08 USD/CWT atau 6,71 persen sejak awal tahun 2024, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Secara historis, harga susu mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD25,20/CWT pada Mei 2022.
Harga gula mentah berjangka juga melonjak menjadi 24 sen per pon (Lbs), tertinggi dalam satu bulan. Ini karena kondisi pertumbuhan yang tidak menguntungkan bagi produsen utama yang mengancam pasokan global.
Sejumlah faktor mempengaruhi kenaikan harga komoditas pangan global ini, seperti gagal panen akibat perubahan iklim, yang akhirnya mempengaruhi pasokan.
Gelombang cuaca kering di wilayah Brasil juga menghambat panen gula yang masuk untuk tahun pemasaran 2024/25. Para pelaku pasar memperkirakan bahwa produksi tebu di wilayah tersebut dapat turun sebesar 10 persen sepanjang tahun ini.
Perkembangan tersebut memperbesar kekhawatiran akan rendahnya pasokan gula di India yang mengalami curah hujan monsun terendah dalam lima tahun terakhir pada 2023.
Kondisi ini menghambat hasil panen dan memicu kekhawatiran bahwa pemerintah negara tersebut akan memperpanjang larangan ekspor gula untuk mengendalikan inflasi dalam negeri.
Sementara itu, pabrik penggilingan tebu di Thailand dilaporkan mengalami hasil terendah setidaknya dalam 13 tahun terakhir, dengan Thai Sugar Millers Corp memperkirakan penurunan produksi gula sebesar 32 persen pada musim 2023/2024.
Harga gandum berjangka juga naik di atas USD5,8 per gantang (Bu), menandai level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Kenaikan ini karena investor menilai kondisi cuaca kering di Dataran Selatan AS yang mempengaruhi produksi.
Kondisi naiknya harga pangan global ini juga berdampak pada meroketnya harga bahan pangan dalam negeri. Beras adalah salah satu bukti nyata bahwa kenaikan harga global cukup mempengaruhi kenaikan harga dalam negeri.
Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengklaim harga beras sudah mengalami penurunan. Ia juga semua pihak melakukan pengecekan langsung ke pasar-pasar induk beras seperti yang ada di Cipinang, Jakarta Timur dan Johar Baru, Jakarta Pusat.
"Coba dicek, jangan menginformasikan seperti itu ya, coba dicek di Pasar Induk Cipinang, cek ke Pasar Johar, ini pasar-pasar beras harus dicek, coba dicek, coba kalian datang ke Pasar Cipinang cek harga turun apa naik. Cek di pasar Johar naik atau tidak, turun atau tidak, cek," ungkap Jokowi di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (28/2).
Jika dicek, memasuki pertengahan pekan, harga pangan masih dalam tren kenaikan per Kamis (29/2/2024) pukul 14.33 WIB.
Melansir data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga beras jenis premium rata-rata di tingkat nasional naik 0,12 persen menjadi Rp16.430/kg. Harga beras jenis medium, yang merupakan konsumsi utama masyarakat juga naik 0,21 persen menjadi Rp14.330/kg.
Sementara itu, harga telur ayam ras juga mengalami kenaikan 0,86 persen menyentuh Rp30.540/kg. Sejumlah komoditas pangan lain yang melambung harganya yakni bawang merah yang naik 0,18 persen menjadi Rp34.080/kg, bawang putih bonggol naik 0,75 persen menjadi Rp39.090/kg.
Pangan protein yakni daging ayam ras dan daging sapi murni juga naik masing-masing Rp37.010/kg dan Rp134.490/kg. Gula konsumsi juga naik 0,28 persen menjadi Rp17.650/kg.
Risiko Program Makan Siang Gratis
Kondisi naiknya harga pangan bisa menjadi risiko fiskal bagi realisasi program makan siang gratis. Tak hanya risiko fiskal, sejumlah risiko lain seperti impor yang semakin membengkak hingga aksi korupsi dan nepotisme bisa menjadi batu ganjalan program ini.
- Peningkatan Impor Bahan Pangan
Saat ini, Indonesia masih bergantung pada impor komoditas pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Indonesia memenuhi kebutuhan beberapa komoditas pangan utama seperti beras, susu, hingga gandum masih dengan impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada tiga komoditas impor pangan yang mengalami kenaikan sepanjang Januari-Agustus 2023, yaitu beras, jagung dan gandum.
Pada periode ini, impor jagung mengalami kenaikan 25,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara untuk impor gandum mengalami kenaikan sebesar 5,11 persen.
Sejak 2020 hingga 2023, Indonesia mengimpor biji gandum tanpa sekam yang dikonsumsi manusia yang nilainya telah meningkat 36,94 persen dari USD2,03 miliar pada 2020 menjadi USD2,78 miliar pada 2023. Indonesia juga mengimpor produk susu, telur unggas, madu alam, produk hewani yang dapat dimakan, pada periode yang sama yang nilainya naik 26,72 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia bahkan menjadi pengimpor gandum terbesar di dunia. Indonesia tercatat mengimpor sebanyak 10,29 juta ton gandum pada 2020.
Sementara beras, Indonesia menjadi importir kedua terbesar sepanjang tahun lalu. Menurut data United States Department of Agriculture (USDA), sepanjang 2023 volume impor beras giling (milled rice) Indonesia mencapai 3,5 juta metrik ton. (Lihat grafik di bawah ini.)
Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai importir beras terbesar kedua di dunia, satu peringkat di bawah Filipina.
Ekonom Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Hasran, mengatakan bahwa kebijakan makan siang gratis ini akan cukup berisiko bagi peningkatan impor bahan pangan Indonesia.
“Sederhananya gini. Tahun 2023 pemerintah impor beras lebih besar dri tahun 2022 karena untuk memenuhi kebutuhan bantuan sosial beras. Apalagi kalau ini dijadikan program makan siang tiap hari. Idealnya pemerintah pengen sumber pangannya dari produksi domestik,” kata Hasran saat dihubungi IDX Channel, Kamis (29/2/2024).
Menurut Hasran, namun karena peningkatan produksi itu tdk bisa terlaksana dalam waktu satu dua tahun, maka untuk mengeksekusi program kerja jangka pendek pemerintah butuh combine source dari impor.
Hasran menambahkan, yang perlu menjadi perhatian juga adalah pasokan domestik akan mengalami kenaikan permintaan karena akan terjadi perebutan sumber bahan baku dan hargannya akan naik.
“So harga domestik naik, impor naik tapi produktivitas belum tantu naik. Alih2 memberi makan segelintir orang, kenaikan harga pangan akan membebani seluruh masyarakat Indonesia.Itu kita baru bicara produktivitas dan impor, belum lagi kalau kita bicara fiskalnya,” lanjut Hasran.
- Risiko Korupsi dan Nepotisme
Program makan siang gratis juga berisiko dalam memunculkan korupsi. Ini karena banyaknya rapor merah dalam pengelolaan program skala besar, seperti kasus korupsi bantuan sosial atau bansos, dana desa, hingga program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, program in akan dilaksanakan mulai 2025.
"Untuk program yang menjadi quick win dari presiden terpilih nanti atau pemerintah mendatang, itu pos-posnya sudah bisa masuk (rancangan APBN 2025)," kata Airlangga usai Rapat Terbatas di Istana Negara, Senin (26/2/2024).
Menurut Airlangga, program makan siang gratis ini akan diberikan untuk balita dan ibu hamil. Kemudian tahap selanjutnya untuk murid TK, SD, SMP, dan daerah yang memiliki angka stunting tinggi.
Terlebih, anggaran makan siang gratis dipatok Rp15.000 per anak. Ada yang sangsi akan kecukupan gizi dari makanannya, ada pula yang khawatir anggarannya disunat di tiap tingkatan dan makanan yang diterima tak sesuai harapan.
Berkaca pada kasus anggaran stunting yang cukup besar namun dalam pelaksanaannya masih butuh diawasi.
Padahal, belum lama Presiden Joko Widodo menyoroti banyaknya APBN hingga APBD yang tak tepat guna termasuk anggaran stunting.
Jokowi mengungkap, ada daerah yang menganggarkan penanganan stunting senilai Rp 10 miliar. Namun, dari jumlah tersebut, mayoritas justru digunakan untuk rapat dan perjalanan dinas.
“Contoh, ada anggaran stunting, 10 miliar, coba cek liat betul untuk apa 10 miliar itu. Jangan membayangkan nanti ini dibelikan telur, susu, protein, sayuran,” kata Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2023 pada pertengahan tahun lalu.
Tahun ini, pemerintah akan kembali memberikan bantuan pangan pengentasan stunting kepada 1,4 juta keluarga berisiko stunting (KRS) sesuai data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Adapun, paket bantuan berupa 1 kg daging ayam Karkas atau sekitar 0,9 - 1,1 kg dan 10 butir telur untuk satu keluarga berisiko stunting.
Menu pencegah stunting dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kota Depok tengah menjadi sorotan usai viral di media sosial. Pasalnya, menu yang disediakan hanya nasi, kuah sup, sawi, dan tahu yang dibungkus wadah bening dengan tutup warna-warni bergambar Wali Kota Depok Mohammad Idris dan Wakil Wali Kota Imam Budi Hartono.
Pemerintah Kota Depok seharusnya memberikan makanan yang bergizi, seperti telur, ikan, atau daging. Terlebih, anggaran program tersebut sekitar Rp 4,4 miliar, dengan rincian Rp 18.000 untuk satu paket makanan.
Sementara menurut publikasi CIPS, dari segi konsumsi, Indonesia sendiri masih dihadapkan dengan tantangan besar untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakatnya.
Keterjangkauan pangan inilah yang memainkan peran penting dalam memengaruhi kesejahteraan gizi individu. Meski tampak mengalami perbaikan, 21,6 persen anak-anak Indonesia di bawah lima tahun (balita) menderita malanutrisi kronis (stunting).
Untuk mencapai tujuan ambisius mengurangi tingkat stunting menjadi 14 persen pada akhir 2024, Indonesia harus meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan pangan bergizi serta mempromosikan kebiasaan konsumsi pangan yang lebih sehat.
Dari data yang mencakup harga pangan di 90 kota pada 2021 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari Maret 2021, sekitar 68 persen, atau hampir 184 juta penduduk Indonesia, tidak mampu membeli makanan yang bergizi seimbang.
Ini berarti program makan siang gratis akan mendapat tantangan dari sisi kesiapan fiskal, risiko korupsi yang menghantui, hingga ketepatan sasaran program yang bisa berdampak sistemik bagi masyarakat Indonesia. (ADF)