Pasar Tenaga Kerja Bergerak Positif
Meskipun inflasi tinggi masih mengintai negeri Paman Sam, tetapi ekonomi AS masih bergeliat dengan masih positifnya kinerja pasar ketenagakerjaan.
Tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,5% pada September 2022. Angka ini kembali ke level terendah dalam 29 bulan dan tetap di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7%.
Jumlah penganggur turun sebesar 261 ribu menjadi 5,75 juta pada September, sedangkan jumlah yang bekerja meningkat 204 ribu menjadi 158,9 juta. Tingkat partisipasi angkatan kerja turun tipis menjadi 62,3% dari sebelumnya 62,4%.
Sebagai tambahan, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data Nonfarm Payrolls (NFP) naik 263.000 pada September 2022. Angka ini bahkan dibawah perkiraan pasar yang mencapai 250.000.
Data NFP ini menggambarkan kuatnya pasar tenaga kerja AS. Hal ini tidak hanya menopang belanja konsumen tetapi juga mendorong pertumbuhan upah. Hal ini memupus harapan The Fed untuk mengurangi pertumbuhan upah dan meningkatkan inflasi.
Padahal, The Fed gencar menaikkan suku bunga agar belanja masyarakat dapat direm.
Namun, mengutip Time, kuatnya pasar tenaga kerja hanya menambah kerumitan. Banyak ekonom mengatakan pengangguran yang rendah tetap menyebabkan inflasi tinggi. Ini berarti akan lebih banyak kenaikan suku bunga dari The Fed.
“Bahkan dengan kemungkinan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, inflasi masih akan tetap tinggi untuk beberapa waktu, karena masalah rantai pasokan tetap ada dan masih ada banyak ketidakstabilan dengan perang Ukraina, yang telah menyebabkan perubahan harga energi yang signifikan,” kata Zach Stein, kepala investasi di Carbon Collective, sebuah perusahaan penasihat investasi.
Ekonom menyebut masih membutuhkan lebih dari satu bulan lagi penurunan angka inflasi sebelum The Fed akhirnya memperlambat kenaikan suku bunga.
Sementara, kekhawatiran resesi besar menjadi momok masyarakat AS setelah berbulan-bulan dihantam inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga.
Para ekonom mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan resesi. Namun definisi teknis dari resesi tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat AS yang terus menghadapi kenaikan harga.
Jadi, masih belum jelas apakah AS telah melewati puncak inflasi atau belum dan masih menjadi misteri di antara para ekonom. (ADF)