Sementara, berdasarkan volume mencapai 45% dari total konsumsi minyak bumi. Kendaraan ringan seperti mobil, kendaraan sport, dan truk kecil menyumbang sekitar 91% dari seluruh konsumsi bensin di Amerika Serikat
Adapun pangsa pasar BBM AS dikuasai oleh perusahaan-perusahaan energi kelas kakap. Pada 2019, Shell memegang 12,5 % pangsa pasar BBM di Amerika Serikat. Exxon memiliki pangsa merek terbesar kedua mencapai 6,2 %.
Sementara di urutan ketiga dan keempat terdapat Chevron dengan pangsa 6,1% dan Speedway dengan presentase 5,9%. Adapun perusahaan energi asal Inggris, British Petroleum (BP) menguasai 5,3% pangsa pasar. (Lihat tabel di bawah ini.)
Pangsa Pasar BBM di AS (2019)
Sumber: Statista
Seruan Biden untuk menurunkan harga BBM sepertinya lebih terlihat sebagai bentuk kekecewaan dibanding dengan upaya sesungguhnya untuk menekan harga. Mengingat pasar energi AS diatur oleh pasar secara langsung, bukan pemerintah.
Berbeda dengan Indonesia, keputusan menurunkan dan menaikkan harga BBM memang sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Pasar energi di Indonesia masih dikuasai oleh pemain tunggal, yakni Pertamina selaku badan usaha milik negara (BUMN).
Swastanisasi energi di AS di satu sisi bisa menguntungkan karena pasar bisa menjadi lebih kompetitif dalam mengatur harga jual BBM. Sementara di Indonesia, pasar tidak bisa dengan leluasa mengatur harga karena adanya aturan BBM bersubsidi dan non subsidi yang akan mempengaruhi harga secara signifikan.
Perusahaan swasta seperti Vivo, BP, hingga Shell yang memiliki SPBU di Indonesia harus mematuhi kebijakan penetapan harga BBM dari pemerintah. Di sisi lain, kebijakan ini menguntungkan jika melihat harga minyak yang fluktuatif seperti saat ini karena stabilitas harga bisa dijaga. (ADF)