sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kabar Buruk, Industri Tekstil RI Terancam Goyang Tahun Ini

Economics editor Arif Budianto/Kontributor
14/02/2023 17:42 WIB
BI Jawa Barat memperkirakan akan terjadi gejolak pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyusul kondisi geopolitik global dan kenaikan upah.
Kabar Buruk, Industri Tekstil RI Terancam Goyang Tahun Ini. (Foto: MNC Media).
Kabar Buruk, Industri Tekstil RI Terancam Goyang Tahun Ini. (Foto: MNC Media).

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) Jawa Barat memperkirakan akan terjadi gejolak pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyusul kondisi geopolitik global dan kenaikan upah. Sejumlah langkah perlu diambil agar industri padat karya ini tak mengganggu stabilitas ekonomi Jawa Barat. 

“Industri TPT perlu diwaspadai, karena analis menyebut 2023 ini akan terjadi perlambatan ekonomi akibat inflasi tinggi di negara tujuan ekspor. Sehingga permintaan produk TPT diperkirakan melambat,” kata Kepala Kantor BI Jawa Barat, Erwin Gunawan Hutapea di Bandung, Selasa (14/2/2023).

Saat ini, kata dia, kinerja ekspor sudah menunjukkan perlambatan. Seperti ekspor ke Amerika Serikat sudah mulai mengalami penurunan. Inflasi yang tinggi di Amerika dan Eropa menyebabkan konsumen menahan diri membeli pakaian atau produk tekstil lainnya. 

Tak hanya itu, persoalan lainnya adalah soal upah. Di mana tahun ini upah minimum kota/kabupaten (UMK) di Jawa Barat mengalami kenaikan antara 6-10 persen. Kenaikan ini diperkirakan akan menekan industri TPT. 

“Ketika mereka mencoba menekan pengeluaran dengan menekan pengeluaran tenaga kerja, maka bisa saja mereka akan pindah ke daerah dengan UMK lebih rendah,” bebernya.

Relokasi industri TPT dari Jawa Barat, lanjut Erwin, akan menyebabkan masalah baru, di antaranya meningkatnya pengangguran. Kondisi ini berpengaruh terhadap ekonomi Jawa Barat. Apalagi ekonomi Jawa Barat selama ini 40 persen ditopang oleh industri manufaktur. 

Sepanjang 2022, ekonomi Jawa Barat tercatat paling tinggi di Pulau Jawa, yaitu mencapai 5,3 persen. Walaupun, pertumbuhan ekonomi kuartal IV cenderung melambat menjadi 4,6 persen dibanding kuartal sebelumnya.

“Salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah menggarap pasar baru. Sebenarnya potensi pasar ASEAN ini kan cukup bagus. Pertumbuhan ekonomi mereka juga bagus. Jadi mereka bisa menjadi tujuan pasar TPT kita,” tukas Erwin.

(FAY)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement