IDXChannel - Euro masih menjadi salah satu mata uang yang paling banyak digunakan meskipun terdampak gejolak ekonomi akibat invasi Rusia di Ukraina.
Menurut sebuah laporan dari Bank Sentral Eropa (ECB), euro masih menempati posisi kedua di bawah dolar Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari Reuters pada Kamis (22/6/2023) posisi euro ditantang yuan di tengah pertumbuhan ekonomi China yang semakin kuat. Banyak negara mulai menggunakan yuan untuk perdagangan.
Euro mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsanya di cadangan devisa dunia (20,5 persen), utang internasional (22 persen) dan pinjaman (27,6 persen), ungkap laporan ECB tersebut.
Pangsa euro di pembayaran global melalui sistem pengiriman pesan SWIFT turun dari sekitar 40 persen menjadi 30 persen. Namun, hal itu disebabkan peningkatan pangsa dolar AS.
Rusia memangkas penggunaan euro setelah dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan negara-negara Barat lainnya atas invasi ke Ukraina pada Februari 2022. Moskow beralih ke rubel dan yuan.