Sirene-sirene yang dipasang di sekitar pulau untuk memberi peringatan datangnya bencana alam tidak berbunyi saat kejadian. Pemadaman listrik dan jaringan ponsel yang meluas juga menghambat pengiriman tanda bahaya dalam bentuk lainnya.
Jaksa Agung negara bagian Hawaii, Anne Lopez, mengatakan dia memulai kajian terhadap pengambilan keputusan sebelum dan pada saat kebakaran berlangsung. Sementara, Gubernur Josh Green mengatakan kepada stasiun televisi CNN bahwa dia sudah memberi kewenangan untuk dilakukan kajian atas respons gawat darurat.
Para pejabat setempat menggambarkan gabungan sejumlah faktor mengerikan yang menyebabkan kebakaran, termasuk kegagalan jaringan komunikasi, hembusan angin kencang dari badai lepas pantai dan lusinan titik kebakaran yang saling terpisah jarak bermil-mil hingga menyulitkan koordinasi dengan sejumlah instansi gawat darurat.
Instansi-instansi gawat darurat ini yang biasanya mengeluarkan peringatan dan perintah evakuasi.
Korban jiwa akibat kebakaran, yang mulai pada Selasa (8/8), melebihi jumlah korban tewas akibat tsunami pada 1961 yang menewaskan 61 orang, satu tahun setelah Hawaii resmi menjadi negara bagian Amerika Serikat (AS). Karhutla itu adalah bencana alam terburuk dalam sejarah Hawaii.