sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kasus Omicron pada Balita Terbanyak Setelah Lansia, Harus Segera Vaksinasi?

Economics editor Muhammad Sukardi
06/12/2021 08:44 WIB
Banyak balita Afrika Selatan dirawat di rumah sakit akibat Omicron.
Banyak balita Afrika Selatan dirawat di rumah sakit akibat Omicron.  (Foto: MNC Media)
Banyak balita Afrika Selatan dirawat di rumah sakit akibat Omicron. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Banyak balita Afrika Selatan dirawat di rumah sakit akibat Omicron. Kasus pada kelompok usia ini bahkan diketahui dua terbanyak setelah lansia atau mereka yang berusia di atas 60 tahun.

Data tersebut tapi belum bisa dijadikan kesimpulan bahwa balita lebih rentan terhadap Omicron. Sebab, ada pandangan ahli kesehatan bahwa kejadian tersebut akibat tidak diberikannya vaksin Covid-19 pada kelompok balita.

Tidak adanya proteksi yang dimiliki balita membuat kelompok tersebut banyak terpapar hingga harus dirawat di rumah sakit. Peneliti pun masih terus menggali informasi lebih banyak terkait varian Omicron ini.

Sementara itu, Presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India dr Srinath Reddy punya alasan mengapa anak-anak rentan terhadap Omicron.

"Hal ini mungkin terkait dengan mutasi virus Omicron yang lebih kuat sehingga sekalipun anak-anak memiliki jumlah reseptor ACE 2 lebih sedikit, virus Omicron tetap dapat menempel pada sel anak-anak," katanya, dikutip MNC Portal dari laman The Quint, Senin (6/12/2021).

Di sisi lain, menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah dengan munculnya fenomena banyak balita terpapar Omicron hingga harus dirawat di rumah sakit, membuat pemerintah setiap negara harus mempercepat pemberian vaksin Covid-19 pada balita?

Dokter Reddy mengatakan, hingga saat ini fokus vaksinasi tetap harus diberikan kepada orang dewasa dan memastikan kelompok itu sudah menerima dua dosis vaksin. Ini terkait juga dengan jumlah vaksin yang dimiliki.

"Fokus dulu pada pemberian vaksin dua dosis pada orang dewasa atau mereka yang kekebalannya terganggu, lansia, dan petugas kesehatan. Ini juga berkaitan dengan keterbatasan vaksin Covid-19 yang dimiliki setiap negara," kata dr Reddy.

Pernyataan lain datang dari Ahli Epidemiologi dan Sistem Kesehatan dr Chandrakant Lahariya. Ia menyoroti karakteristik virus yang sejatinya tidak akan berbeda meski sudah bermutasi.

"Semua varian memiliki karakter yang berbeda, tetapi kejadian kasus pada kelompok usia tidak. Jika varian asli banyak memengaruhi usia tua, maka varian berikutnya juga memengaruhi lansia. Anak-anak rentan juga tetapi dalam jumlah yang lebih kecil," katanya.

Ia melanjutkan, sekalipun angkanya kecil tetapi anak-anak tetap harus diberikan perlindungan dalam hal ini vaksin Covid-19.

"Vaksin memberikan perlindungan, menurunkan risiko rawat inap dan kematian pada anak-anak. Ini sudah terbukti. Karena itu, anak-anak butuh vaksin Covid-19 agar dapat mengurangi penularan. Ini pun menjadi penting pada anak-anak yang berisiko tinggi terpapar, vaksinasi penting untuk anak-anak," tambah dr Lahariya. (TIA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement