sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kejagung Bongkar ‘Mafia’ di Kemendag, Pengusaha Minyak Goreng Buka Suara

Economics editor Advenia Elisabeth/MPI
20/04/2022 06:35 WIB
Secara mengejutkan, Kejagung menetapkan empat tersangka mafia minyak goreng. Satu dari Dirjen di Kemendag dan tiga lainnya petinggi di perusahaan minyak goreng.
Kejagung Bongkar ‘Mafia’ di Kemendag, Pengusaha Minyak Goreng Buka Suara (FOTO: MNC Media)
Kejagung Bongkar ‘Mafia’ di Kemendag, Pengusaha Minyak Goreng Buka Suara (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan pejabat tinggi di Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan tiga dari petinggi perusahaan minyak goreng sebagai tersangka. Mereka diduga menjadi penyebab minyak goreng langka di masyarakat.

Dari pihak perusahaan minyak goreng, yakni PT Wilmar Nabati Indonesia berinisial MPT; Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) berinisial SMA; dan General Manager di PT Musim Mas berinisial PT. 

Menanggapi hal itu Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menjelaskan, pihak perusahaan sebenarnya mematuhi aturan Domestic Price Obligation (DMO) 20 persen sebagaimana itu menjadi kebijakan dari Kementerian Perdagangan guna memaksimalkan pasokan minyak sawit ke dalam negeri. 

"Saat penerapan domestic market obligation (DMO) pada awal Februari 2022, para eksportir itu wajib memasok 20 persen CPO ke dalam negeri sebelum mendapatkan persetujuan ekspor (PE)," kata Sahat kepada awak media, Selasa (19/4/2022).

"Kawan kami menunggu hingga pukul 04.00 WIB di kantor Kementerian Perdagangan. Mereka nunggu itu karena semua dokumen ekspor harus ada bukti DMO. Masak ini dijadikan bukti kalau mereka mendekati pejabat," sambungnya.

Inilah yang membuat GIMNI kecewa, padahal pihaknya sudah bekerja keras sesuai dengan ketentuan dan permintaan pemerintah demi rakyat. Namun hasilnya justru menjatohkan pihaknya. 

Berkaca dari kasus ini, ia meminta Kementerian Perindustrian untuk segera menyelesaikan masalah ini. Karena menurutnya hal ini merugikan para pengusaha minyak sawit.

Bahkan, Sahat pun mengancam Kementerian Perindustrian jika masalah ini tidak dibereskan, pelaku usaha minyak sawit akan berhenti menjalankan program subsidi. 

"Sekarang banyak PE disobekin oleh pengusaha, karena sudah tidak ada gunanya. Maka kita itu protes keras dan minta ke Kementerian Perindustrian supaya ini dibereskan. Kalau enggak, kami tidak akan menjalankan program pemerintah ini," ucapnya. 

"Diperjelas gitu loh pengusaha melanggar PE tuh di mana? Jadi jangan di tuduh dulu tanpa ada bukti," lanjut Sahat.

Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan tersangka dalam kasus pemberian fasilitas ekspor minyak sawit mentah (Crude palm oil/CPO). Kejagung menyebut, para tersangka ini menyebabkan kerugian perekonomian negara.

Ada empat tersangka yang telah ditetapkan yakni Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan berinisial IWW dan 3 tersangka lainnya adalah pihak swasta.

"Perbuatan para tersangka tersebut mengakibatkan timbulnya kerugian perekonomian negara atau mengakibatkan kemahalan serta kelangkaan minyak goreng," ujar Jaksa Agung ST Burhanuddin kepada awak media, Selasa (19/4/2022).

Burhanuddin menyebutkan bahwa tersangka diduga bermufakat jahat dengan pemohon untuk melakukan proses penerbitan persetujuan izin ekspor. Adapun berikutnya, mengeluarkan persetujuan ekspor kepada eksportir yang seharusnya ditolak izinnya karena tidak memenuhi syarat DMO (Domestic Market Obligation) dan DPO (Domestic Price Obligation).

Selain IWW, Kejagung juga menetapkan Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia berinisial MPT; Senior Manager Corporate Affair Permata Hijau Group (PHG) berinisial SMA; dan General Manager di PT Musim Mas berinisial PT sebagai tersangka. (RAMA)

Advertisement
Advertisement