John menyebut, pada September tahun lalu perusahaan berhasil menjadi penjual kredit karbon pertama di perdagangan perdana IDX Carbon dengan volume yang diperdagangkan sekitar 800.000 ton setara CO2.
Pertamina NRE juga menargetkan produksi hidrogen bersih 7.000 ton per tahun dan bioetanol 840.000 kilo liter. Sedangkan pada bisnis ekosistem baterai dan kendaraan listrik, Pertamina NRE menargetkan produksi 51,4 GWh.
Dengan semua target tersebut, anggaran investasi yang disiapkan mencapai USD 6,2 miliar atau setara Rp 101,9 triliun (kurs Rp 16.400 per USD) pada 2029. John mengatakan, angka ini naik lebih dari delapan kali lipat anggaran investasi tahun ini.
Pada 2024 ini, Pertamina NRE fokus dengan beberapa inisiatif prioritas, antara lain pengembangan bisnis bioetanol untuk mendukung peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati di Indonesia yang bekerja sama dengan Pertamina Patra Niaga
Lalu, pengembangan area geothermal Lumut Balai 2 sebesar 55 MW, pengembangan bisnis geothermal di luar negeri, bisnis karbon, dan hidrogen untuk bahan bakar kendaraan (hydrogen for mobility).
(SLF)