“Kultur itu harus diubah sedikit demi sedikit karena ke depan memang arahnya akan terdigitalisasi semua. Bahkan untuk daerah perkotaan, belum semua menggunakan transaksi secara digital secara optimal. Jadi sudah menjadi tugas bersama untuk terus mendidik masyarakat,” imbuh Jerry.
Lebih lanjut, kata Jerry, di tengah pandemi ini penggunaan QRIS juga akan membuka terobosan dalam proses belanja. Jerry menuturkan bahwa agar bisa berjualan di tengah berbagai pembatasan aktivitas sosial, penggunaan QRIS bisa membuka alternatif baru.
Dia mencontohkan pemasangan QRIS bisa dipadukan dengan sistem penjualan lewat online seperti WhatsApp, terlebih tenant-tenant di mal masih bisa berjualan.
“Jadi para tenant tinggal pasang QRIS saja. Kirim barcode QRIS ke jaringan WhatsApp dan yang lain. Jadi customer pesan dan bayar langsung tanpa harus ke mall, lewat jaringan online saja. Dengan begitu dampak pandemi dalam penjualan bisa ditekan,” terangnya.
Selain menguntungkan masyarakat dan pelaku usaha, menurut Wamendag, digitalisasi transaksi juga akan menguntungkan negara, khususnya dalam membantu Bank Indonesia untuk menekan penggunaan uang fisik (kartal). Ini akan menekan biaya pencetakan uang baru dan berbagai proses mekanisme di bank-bank yang melayani masyarakat.