Program konversi yang sukses ini menimbulkan tantangan baru. Biaya subsidi LPG menjadi semakin mahal karena meningkatnya permintaan. Sebagai respons masalah tersebut, Indonesia secara aktif mengupayakan upaya untuk mengurangi subsidi LPG.
Meskipun LPG masih menjadi solusi utama untuk memasak ramah lingkungan di Indonesia, Pemerintah secara bertahap beralih ke diversifikasi energi, terutama dengan memanfaatkan sumber daya dalam negeri. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi beban anggaran negara, namun juga meningkatkan keamanan dan keberlanjutan energi.
"Karena Indonesia adalah produsen gas alam, kami juga memperluas penggunaan gas pipa, khususnya di wilayah perkotaan. Saat ini, sekitar 900 ribu rumah tangga sudah terhubung dengan jaringan gas bumi. Pada tahun 2023, konversi ke gas pipa ini mengurangi emisi GRK sekitar 50.000 Ton emisi CO2," tutup Dadan.
(NIA)