Namun, per 18 November 2025, kepemilikan asing turun drastis menjadi hanya 13,36 persen atau Rp868,21 triliun, bahkan mencatat jual neto selama 2025 berjalan.
Kepemilikan SBN dalam jumlah besar oleh BI bertujuan ganda yakni mencegah gejolak di pasar sekunder SBN yang dapat menyebabkan penurunan harga atau kenaikan yield secara liar, yang akan berdampak pada indikator moneter dan keuangan.
Sehingga, pembelian SBN menjadi bagian dari upaya BI mengendalikan volatilitas nilai tukar rupiah dan suku bunga, yang pada gilirannya menjaga inflasi.
Menurut Awalil, program burden sharing dan pembelian SBN oleh BI sangat menguntungkan pemerintah karena mempermudah pengelolaan fiskal.
Dengan BI memegang SBN dalam jumlah besar, proses revolving atau debt switching (pertukaran utang) SBN yang akan jatuh tempo menjadi lebih mudah dilakukan, terutama jika pasar SBN global sedang tidak kondusif.