“Perubahan dari energi fosil ke renewable energy perlu uang dan investasi. Tidak mungkin yang itu (energi kotor) besok dimatikan, yang di sana itu tiga tahun lagi harus mati karena kita harus bangun energi terbarukan ini yang harus disinkronisasikan semua,” katanya.
Sebelumnya, Institute for Essential Services Reform (IESR) meminta pemerintah untuk segera beralih ke energi terbarukan dalam memproduksi listriknya.
Sebab, biaya produksi yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan menggunakan batubara. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, upaya tersebut merupakan gebrakan baru yang patut dapat apresiasi. Langkah ini juga sebagai bentuk tanggung jawab masyarakat Indonesia dalam menjaga kelestarian alam dan perubahan iklim.
“Kalau PLTU sekarang kalau bangun pembangkit baru harga produksi listrik USD6,5 sen per kwh, sementara PLTS yang pembangunnya oleh PLN itu harganya USD5,8 sen per kwh,” kata Fabby. (TIA)