sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ketua Kadin Sebut Insentif Bantu Capai Penjualan Kendaraan Listrik 2 Juta Unit di 2025

Economics editor Febrina Ratna
13/04/2023 13:08 WIB
Ketua Kadin,Arsjad Rasjid, memberikan dukungan penuh atas program insentif dari pemerintah karena bisa mendorong penjualan kendaraan hingga 2 juta unit di 2025
Ketua Kadin Sebut Insentif Bantu Capai Penjualan Kendaraan Listrik 2 Juta Unit di 2025. (Foto: MNC Media)
Ketua Kadin Sebut Insentif Bantu Capai Penjualan Kendaraan Listrik 2 Juta Unit di 2025. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Kadin Indonesia dan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC), Arsjad Rasjid, memberikan dukungan penuh atas program insentif kendaraan listrik dari pemerintah. Sebab, hal itu bisa mendorong penjualan kendaraan listrik.

Arsjad berharap agar realisasi pemberian insentif untuk mobil dan bus listrik dapat segera terlaksana, setelah sebelumnya insentif motor listrik telah diberlakukan. Insentif ini akan mempercepat elektrifikasi dan pencapaian target transisi energi.

Sebelumnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan insentif bagi konsumen dan pelaku industri untuk motor listrik. Hal ini disambut baik oleh Arsjad Rasjid.

“Program insentif ini merupakan bukti komitmen dari Pemerintah Indonesia yang tidak lama lagi akan mengadopsi penuh penggunaan kendaraan listrik sekaligus menjadi raksasa industri kendaraan listrik,” kata Arsjad.

Melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) Untuk Transportasi Jalan, Pemerintah Indonesia menargetkan terjadinya adopsi kendaraan listrik hingga 2 juta unit pada tahun 2025. Melalui Perpres ini juga, akan diupayakan sebuah insentif bagi seluruh lapisan masyarakat untuk bisa membeli kendaraan listrik berupa mobil atau motor.

Adopsi Kendaraan Listrik Indonesia Perlu Ditingkatkan

Dibandingkan dengan negara tetangga di kawasan ASEAN seperti Thailand dan Malaysia, Indonesia masih tertinggal dalam hal adopsi kendaraan listrik. Menurut riset McKinsey pada tahun 2021 mencatat bahwa Thailand berhasil memperoleh persentase adopsi kendaraan listrik sebesar 0,7% dan Malaysia sebesar 0,3%. Sedangkan Indonesia baru mampu melakukan adopsi kendaraan listrik sebesar 0,1%.

Keterlambatan adopsi dari kendaraan listrik di Indonesia disebabkan karena adanya harga yang masih terbilang cukup tinggi bagi masyarakat untuk berpindah dari kendaraan non listrik menjadi kendaraan listrik. Sedangkan untuk negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, terdapat berbagai insentif yang mampu mendorong masyarakatnya untuk berpindah mengadopsi kendaraan listrik. Untuk itulah, dikeluarkan berbagai insentif yang mampu membantu masyarakat dan ekosistem industri kendaraan listrik di Indonesia berkembang lebih cepat.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement