IDXChannel - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo (Bamsoet) mencatat sekitar 320 juta penduduk dunia berada dalam kondisi kelaparan akut. Menurut data IMF dan Bank Dunia, perekonomian 66 negara diprediksi akan bangkrut dan ambruk.
Kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional. Badan Pusat Statistik mencatat per Juli 2022 laju inflasi Indonesia berada di level 4,94 persen dan pada Agustus diprediksi akan meningkat pada kisaran 5 - 6 persen. Bahkan pada September 2022, diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen.
Namun demikian, lanjut Bamsoet, Indonesia tidak boleh lalai. Dia juga mengingatkan laju kenaikan inflasi disertai dengan lonjakan harga pangan dan energi semakin membebani masyarakat, yang baru saja bangkit dari pandemi Covid-19.
Di lain sisi, lonjakan harga minyak dunia pada awal April 2022 diperkirakan mencapai USD98 per barel. Angka ini jauh melebihi asumsi APBN 2022 sebesar USD63 per barel. Di sisi lain, beban subsidi untuk BBM, Pertalite, Solar, dan LPG, sudah mencapai Rp 502 triliun.
"Kenaikan harga minyak yang terlalu tinggi, tentunya akan menyulitkan kita dalam mengupayakan tambahan subsidi, untuk meredam tekanan inflasi. Tidak ada negara yang memberikan subsidi sebesar itu," ungkap Bamsoet, saat membuka Sidang Tahunan MPR RI dalam menyongsong HUT Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, Selasa (16/8/2022).
Semua negara sedang berupaya keras memulihkan ekonominya, pasca pandemi Covid-19. Namun, fase ini terganggu oleh dinamika global, seperti konflik Rusia dan Ukraina, perang dagang dan teknologi Amerika Serikat dan Tiongkok, ketegangan baru di Selat Taiwan, serta disrupsi rantai pasok yang berimplikasi pada fluktuasi harga komoditas pangan dan energi.
Bamsoet menilai kenegarawanan Presiden
Jokowi kembali ditunjukkan melalui pelaksanaan salah satu tujuan pembentukan pemerintah negara Indonesia yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Misi perdamaian Presiden, lanjut dia, dengan mengunjungi Ukraina dan Rusia beberapa waktu yang lalu patut diapresiasikan yang setinggi-tingginya. Pasalnya, perang dengan alasan apapun, selalu membawa petaka, kehancuran, dan kesengsaraan. Menghancurkan peradaban yang telah dibangun berabad-abad lamanya. Membawa krisis kemanusiaan, krisis ekonomi, krisis pangan, dan krisis energi. (RRD)