Lebih lanjut, bagi dia, selain memiliki sumber daya alam yang melimpah berupa nikel, untuk mencapai cita-cita tersebut Indonesia juga harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi, bisa memanfaatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta memanfaatkan teknologi yang bisa dikembangkan di dalam negeri.
“Kita beli teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia. TKDN komponennya banyak di Indonesia, sehingga biaya pembuatan baterai dari Indonesia akan lebih kompetitif,” tambah Arsjad.
Sebelumnya, dalam sambutan Presiden Joko Widodo, orang nomor satu di Indonesia ini menargetkan realisasi Indonesia sebagai produsen produk-produk berbasis nikel bisa terwujud dalam 3–4 tahun ke depan.
"Saya yakin 3–4 tahun ke depan, melalui manajemen yang baik, manajemen pengelolaan yang baik," tutur Jokowi.
Hilirisasi industri nikel, kata Jokowi, juga bisa meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan. Jika diolah menjadi sel baterai, nilainya bisa meningkat 6-7 kali lipat. Dan jika dijadikan mobil listrik akan meningkat lagi nilai tambahnya, yaitu 11 kali lipat.