sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Kisruh Harga BBM, Sri Mulyani: Kalau Tak Dinaikkan, Anggaran Nambah dari Mana? Ngutang?

Economics editor Rizky Fauzan
26/08/2022 13:30 WIB
Berdasarkan prognosis konsumsi Pertalite hingga akhir tahun akan mencapai 28 juta kiloliter, melampaui kuota yang ditetapkan tahun ini sebanyak 23,05 juta KL
Kisruh Harga BBM, Sri Mulyani: Kalau Tak Dinaikkan, Anggaran Nambah dari Mana? Ngutang? (FOTO:MNC Media)
Kisruh Harga BBM, Sri Mulyani: Kalau Tak Dinaikkan, Anggaran Nambah dari Mana? Ngutang? (FOTO:MNC Media)

Di sisi lain, konsumsi Pertalite dan Solar juga diperkirakan melebihi kuota yang ditetapkan. Alhasil, kondisi tersebut membuat anggaran Rp 502,4 triliun itu tidak akan cukup untuk kebutuhan subsidi dan kompensasi energi hingga akhir tahun.

Sri mengatakan, mulanya pemerintah mengasumsikan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) sebesar 100 dollar AS per barrel. Namun, realisasinya hingga saat ini berada di level 105 dollar AS per barrel.

Sementara nilai tukar rupiah yang semula diasumsikan sebesar Rp 14.450 per dollar AS, kini semakin melemah menjadi ke level Rp 14.750 per dollar AS. Kondisi depresiasi rupiah ini membuat RI harus membayar lebih mahal untuk impor minyak mentah.

"Itu nambah lagi jadinya karena minyaknya masih juga diimpor," kata Sri. Dia mengungkapkan, dengan asumsi ICP 100 dollar AS per barrel dan kurs Rp 14.450 per dollar AS saja, harga keekonomian Solar mencapai Rp 13.950 per liter, jauh lebih tinggi dari harga jual di masyarakat yang sebesar Rp 5.150 per liter.

Begitu pula dengan Pertalite yang harga keekonomiannya mencapai Rp 14.450 per liter, tetapi harga jual di masyarakat hanya sebesar Rp 7.650 per liter. Selisih inilah yang pada akhirnya ditanggung oleh pemerintah melalui subsidi dan kompensasi.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement