IDXChannel—Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan lima komoditas unggulan ekspor yang dianggap berpotensi besar. Yakni udang, rumput laut, tilapia, lobster, dan kepiting.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Tb Haeru Rahayu mengatakan potensi ini terbuka lebar seiring peningkatan kebutuhan protein di pasar global.
Berdasarkan prediksi Food and Agriculture Organization (FAO), populasi dunia akan tumbuh lebih dari 30 persen pada tahun 2050 mendatang. Pertumbuhan tersebut tentunya akan diikuti peningkatan kebutuhan protein global hingga 70 persen.
FAO juga memprediksi kebutuhan protein akan semakin sulit dipenuhi dari subsektor perikanan tangkap. Sehingga subsektor perikanan budidaya menjadi faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein.
Haeru menjelaskan peluang pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat sangat terbuka lebar.
Apalagi Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya diperkirakan mencapai 17,91 juta hektare, yang terdiri dari 2,96 juta hektare air payau, 2,83 juta hektare air tawar, dan 12,12 juta hektare air laut. Namun saat ini, pemanfaatan lahan baru mencapai 6 persen.
“Lima komoditas unggulan perairan laut Indonesia punya potensi besar kedepannya. Proyeksi dari Future Market Insights juga mengungkapkan besarnya peluang pasar global untuk 5 komoditas unggulan tersebut,” katanya dalam keterangan resmi pada Selasa (27/8).
Nilai pasar global untuk udang pada 2024 diproyeksi mencapai USD64,8 miliar, dan 10 tahun mendatang diproyeksi bisa mencapai hingga USD149 miliar. Sementara nilai perdagangan rumput laut di pasar global pada 2024 diprediksi mencapai USD7,8 miliar, dan diproyeksi mencapai USD19,6 miliar pada 2033.
Adapun komoditas Tilapia juga memiliki nilai pasar global proyeksi mencapai USD14,4 miliar. Sementara pada 10 tahun mendatang, perdagangan Tilapia diprediksi bisa mencapai USD23 miliar.
Begitu juga untuk komoditas kepiting dan Lobster. Pada tahun ini, nilai perdagangan lobster di pasar global diprediksi bisa mencapai USD8,7 miliar.
(Nadya Kurnia)