sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Konflik Israel-Palestina: Nasib Perdagangan Dunia, Inflasi, dan Harga Minyak

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
03/11/2023 07:30 WIB
Konflik Israel dan Palestina yang masih berkecamuk di Timur Tengah diprediksi akan berdampak bagi perekonomian global.
Konflik Israel-Palestina: Nasib Perdagangan Dunia, Inflasi, dan Harga Minyak. (Foto: MNC Media)
Konflik Israel-Palestina: Nasib Perdagangan Dunia, Inflasi, dan Harga Minyak. (Foto: MNC Media)

Dalam hal ini, dampaknya akan bergantung pada tingkat gangguan terhadap pasokan minyak.

Berdasarkan catatan sejarah, konflik di Timur Tengah cenderung menyebabkan lonjakan harga minyak tercermin dari krisis embargo minyak OPEC pada 1973-1974, revolusi Iran pada tahun 1978-1979, Perang Iran-Irak yang dimulai pada tahun 1980, dan Perang Teluk Persia pertama pada tahun 1990-1991. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Ini karena kawasan ini menyumbang hampir sepertiga pasokan minyak global.

Sehingga ketidakstabilan apa pun dapat menciptakan ketidakpastian pasar karena kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global.

Untuk itu, Bank Dunia melihat tiga kemungkinan dalam prospek harga minyak ke depan dalam tiga skenario utama.

Pertama, dalam skenario “small disruption”, Bank Dunia memprediksi pasokan minyak global akan berkurang sebesar 500.000 hingga 2 juta barel per hari.

Angka ini kira-kira setara dengan pengurangan yang terjadi selama perang saudara di Libya pada 2011.

Dalam skenario ini, harga minyak pada awalnya akan meningkat antara 3 persen dan 13 persen relatif terhadap rata-rata kuartal saat ini, hingga kisaran USD93 hingga USD102 per barel.

Kedua, dalam skenario “medium disruption” yang kira-kira setara dengan perang Irak pada 2003, pasokan minyak global akan berkurang sebesar 3 juta hingga 5 juta barel per hari.

Kondisi ini akan mendorong harga minyak naik sebesar 21 persen hingga 35 persen pada awalnya, menjadi antara USD109 dan USD121 per barel.

Ketiga, dalam skenario “large disruption” yang sebanding dengan embargo minyak Arab pada 1973, pasokan minyak global diprediksi akan menyusut sebesar 6 juta hingga 8 juta barel per hari.

Hal ini akan mendorong harga naik sebesar 56 persen hingga 75 persen pada awalnya, menjadi antara USD140 dan USD157 per barel.

Perdagangan Global Dipertaruhkan

Ketegangan geopolitik global seringkali memainkan peran penting dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap pertumbuhan ekonomi.

Mengutip The Conversation, penelitian menunjukkan kekhawatiran terhadap isu-isu tersebut dapat menyebabkan masyarakat dan dunia usaha menjadi lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang dan berinvestasi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan resesi ekonomi.

Konflik internal dan antar negara sering kali berdampak signifikan pada indeks pasar saham, nilai tukar, dan harga komoditas bahkan terkadang membuat harga menjadi lebih tinggi.

Namun, dampak ekonomi jangka panjang biasanya lebih rumit untuk dinilai. Dampak jangka panjang dari peristiwa yang tampaknya dramatis terhadap perilaku investor sulit diprediksi.

Oleh karena itu, dampak konflik Israel-Hamas terbaru terhadap pasar keuangan global akan bergantung pada keterlibatan negara-negara besar di kawasan lainnya.

Jika konflik antara Israel dan Hamas terus berlanjut, dampaknya mungkin akan terbatas dan hanya terjadi pada negara-negara yang memiliki hubungan perdagangan langsung dengan Israel atau Palestina.

Namun, jika konflik menyebar ke negara-negara penghasil minyak utama di kawasan seperti Iran, perekonomian global akan menghadapi dampak yang parah karena biaya energi bagi dunia usaha dan rumah tangga dapat melonjak jika pasokan terganggu.

Lembaga Hill Dickinson dalam laporannya Israel-Palestine conflict: The effect on the global shipping industry (1/11/2023) memperingatkan, industri pelayaran global juga bisa kembali mendapat pukulan dengan meningkatnya konflik Israel-Hamas secara tiba-tiba selama beberapa minggu terakhir.

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement