IDXChannel - Perkembangan ekonomi global semakin kompleks, dimana inflasi terlalu tinggi di beberapa negara termasuk Amerika Serikat.
Inflasi ini dapat berlanjut sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi tertekan. "Sebelumnya banyak yang memperkirakan inflasi di Amerika Serikat yang mencapai 8 persen lebih itu hanya sementara. Tapi ternyata dikonfirmasi oleh beberapa data termasuk harga BBM, minyak mentah juga masih bertahan di atas USD115 per barel dan ini sangat mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi tertekan," ungkap Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (13/6/2022).
Bhima mengatakan salah satu penyebabnya adalah konflik di Rusia dan Ukraina. Konflik Rusia dan Ukraina ini menambah resiko krisis energi maupun krisis pangan karena sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan berakhir.
"Tentunya ini akan memberikan efek terhadap keputusan investasi terutama di negara-negara berkembang," ujarnya.
Menurut Bhima tanpa adanya perang Ukraina dan Rusia pun memang akan diprediksi terjadi resesi ekonomi di Amerika Serikat apalagi sekarang ditambah adanya perang. Beberapa misalkan Deutsche Bank, kemudian ada Bank of America memperkirakan akan terjadi resesi setidaknya tahun 2023 karena pembukaan ekonomi berarti juga meningkatknya inflasi.