Deindustrialisasi Prematur
Sementara itu, Peneliti Makro Ekonomi dan Pasa Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Rifky, menilai penurunan PMI manufaktur menjadi sinyal adanya gejala deindustrialisasi prematur di Indonesia.
"Kenapa disebutnya prematur? karena memang biasanya perlambatan sektor industri atau manufaktur itu terjadi kalau suatu negara sudah berhasil take off atau lepas landas dari negara berkembang menjadi negara maju," kata Rifky dalam Market Review IDX Channel, Senin (4/8/2024).
Indonesia, tambah Rifky, belum sampai pada tahap tersebut. Namun, sektor manufaktur sudah mengalami perlambatan.
Adapun gejala deindustrialisasi prematur dipengaruhi sejumlah faktor, seperti regulasi yang tidak mendukung daya saing industri, hingga tenaga kerja yang kalah saing.
"Dan juga misalnya dari sisi keterkaitan industrinya tidak mendukung efisiensi dan produktivitas," tutur Rifky.
Rilis PMI Manufaktur Indonesia untuk Desember 2024 akan menjadi momen yang penting, terutama untuk melihat apakah ada perubahan tren dari kontraksi menuju ekspansi.
Peningkatan output pada November menunjukkan sinyal optimisme.
Jika PMI Manufaktur RI pada Desember 2024 mencapai atau melampaui 50, akan menandakan pergeseran ke zona ekspansi. Namun, risiko penurunan tetap ada mengingat pesanan baru, terutama ekspor, masih melemah.
(NIA DEVIYANA)