Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, tantangan Indonesia saat ini adalah potret industri pertambangan yang banyak diwarnai oleh perusahaan-perusahaan yang tidak patuh sehingga akhirnya yang terkena dampak adalah perusahaan-perusahaan yang patuh yang memiliki visi jangka panjang.
“Jadi mau enggak mau penegakan hukum, pengawasan dari pemerintah harus jalan. Jadi sebenarnya kalau penambang yang besar ya pasti dia patuh,” ujar dia.
Menurut Hendra, contoh yang mendapat kampanye negatif dari NGO adalah hilirisasi nikel.
“Industri tambang terutama nikel itu banyak di kampanyekan negatif oleh NGO yang kemudian semuanya di pukul rata. Padahal ada yang bagus-bagusnya, yang world class. Salah satu kalau untuk nikel gitu ya Harita Nickel dan Vale Indonesia juga bagus,” ujar dia.
Dengan melihat berbagai masalah ini, Hendra mengatakan, IMA akan merumuskan kebijakan yang memberikan reward kepada perusahaan tambang yang patuh dalam aspek produksi, lingkungan, dan sosial. Reward ini penting diberikan agar mereka semangat dalam berbisnis dan menjalankan aturan.
“Reward itu bisa berupa kemudahan dalam berbisnis. Jangan dipersulit, sekarang itu kan. Antara yang patuh dan tidak patuh sama saja, buat RKAB. Misalnya sama saja antrean persetujuannya,” kata dia.
(Dhera Arizona)