IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memproyeksi Indonesia bisa mengantongi USD10 miliar atau Rp156 triliun dari pangsa pasar bahan baku baterai kendaraan listrik pada 2030.
Proyeksi tersebut berdasarkan permintaan kendaraan listrik serta kapasitas produksi katoda Lithium Iron Phosphate (LFP) alias bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik yang terus meningkat di Indonesia.
"Pada tahun 2030, Indonesia diperkirakan akan melayani pasar senilai sekitar USD10 miliar dalam bahan aktif katoda LFP, sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi transisi global menuju energi bersih," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (9/10/2024).
Luhut menjelaskan, LFP merupakan salah satu dari dua bahan kimia utama dalam baterai lithium-ion, di samping Nickel Cobalt Manganese (NCM). Dikenal akan efektivitas biayanya, LFP sangat cocok untuk EV dan sistem penyimpanan energi.
Berdasarkan studi Bain tentang Ekosistem Baterai EV1, permintaan baterai global diperkirakan akan tumbuh sekitar empat kali lipat antara tahun 2023 dan 2030, yang didorong oleh meningkatnya adopsi EV, memosisikan LFP untuk memainkan peran penting dalam memenuhi permintaan tersebut.
Pada 2030, NCM diproyeksikan akan mewakili sekitar 50 persen dari permintaan baterai litium-ion, sementara LFP diperkirakan akan menyumbang sekitar 35 persen, di mana keduanya diperkirakan akan tetap menjadi pusat pertumbuhan industri baterai di masa depan.
"Melalui penyempurnaan rantai produksi baterai lithium, tidak kurang dari 3 juta unit kendaraan listrik di seluruh dunia akan dipenuhi kebutuhan baterai lithiumnya oleh industri di Indonesia," kata Luhut.