"Sementara kalau pakai tangan, butuh waktu 20 hari untuk luas lahan yang sama," tutur Amran.
Amran menjelaskan, menanam dengan cara manual bukan hanya memakan waktu yang lama, namun juga terjadi perbedaan kualitas hasil tanaman yang disebabkan oleh perbedaan masa waktu penanaman, seperti kematangan padi tidak sama.
"Akhirnya kita terpaksa kehilangan 20 persen dari total produksi. Kalau kita produksi 50 juta ton, berarti kita berpotensi kehilangan produksi sebanyak 10 juta ton," ungkap Amran.
Kementan, dikatakan Amran, saat ini juga tengah menggiatkan penggunaan combine harvester. Alsintan yang digunakan untuk panen ini memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai alat panen, alat perontok padi dan juga sebagai alat pembajak sawah.
"Penggunaan combine harvester bisa menurunkan biaya produksi dari semula sampai Rp12 juta rupiah, menjadi hanya sekitar Rp4-5 juta saja," papar Amran.