IDXChannel - Harga beras masih belum mengalami penurunan yang signifikan meskipun pemerintah Indonesia memutuskan kembali melakukan impor komoditas pangan utama tersebut.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pemerintah akan mengimpor beras dari negara tersebut sebesar 22.500 ton dari Kamboja.
"Kita mengutamakan produksi dalam negeri, cuma untuk Bulog ketersediaan hari ini memang pengadaan dari luar negeri," ujar Arief usai mengikuti rapat yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, dikutip Selasa (19/3/2024).
Berdasarkan data Bapanas per Selasa (19/3), harga beras premium masih bercokol di kisaran Rp16.540 per kilogram (kg) dan beras medium di kisaran Rp14.320 per kg.
Namun demikian, harga beras masih menunjukkan tren kenaikan sejak bulan September 2023 lalu.
Berdasarkan kalkulasi tim riset IDX Channel, sejak periode tersebut, harga beras premium sudah naik 13,92 persen dan harga beras medium sudah naik 16,23 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Selain menempuh jalur impor, Bapanas juga mempersiapkan panen raya pada Maret-April 2024 untuk menopang ketersediaan stok beras.
Arief memastikan stok beras di Bulog akan terus dipantau agar tetap berada di angka 1,2 juta ton hingga Juni 2024.
“Hari ini sampai dengan Juni, kan masih tiga bulan lagi. Kami harus mengatur. Yang jelas stok Bulog harus dijaga 1,2 juta (ton)," imbuh Arief.
Informasi tambahan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia melakukan impor beras sebanyak 443,91 ribu ton per Januari 2024.
Volume impor beras ini bahkan sudah melampaui volume impor tahunan saat pandemi Covid-19 sepanjang 2020, 2021, dan 2022. Tahun lalu, impor beras tembus 3,06 juta ton, tertinggi sejak 2014.
Impor beras Januari 2024 juga hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding Januari 2023 yang volumenya 243,66 ribu ton.
Dalam satu terakhir, ada kecenderungan terjadi lonjakan impor beras pada tahun-tahun menjelang Pemilu, yakni pada 2018 dan 2023.
Beras impor pada Januari 2024 paling banyak didatangkan dari Thailand, yakni 237 ribu ton dengan nilai USD153 juta.
Kemudian ada pasokan beras dari Pakistan 129 ribu ton yang nilainya USD79,3 juta, serta dari Myanmar 41,6 ribu ton dengan nilai USD23,98 juta.
Sementara volume impor beras gabungan dari negara-negara lainnya hanya sekitar 35,4 ribu ton dengan nilai USD22,92 juta.
Impor juga dapat memberikan dampak bagi petani lokal. Adanya impor beras dapat menyebabkan ketidakstabilan pendapatan petani karena fluktuasi harga beras akibat impor dapat membuat pendapatan petani tidak stabil. Jika harga beras tiba-tiba turun karena impor besar-besaran, petani juga mengalami kerugian besar.
Tantangan Sektor Pangan
Riset BCA Sekuritas (26/2/2024) menyebutkan setidaknya terdapat tiga tantangan yang dihadapi sektor pangan terutama beras pada tahun fiskal 2024. Di antaranya pertama, musim Lebaran yang akan datang diperkirakan akan memicu lonjakan permintaan, berpotensi menaikkan biaya.
Kedua, anggaran pengeluaran pemerintah (APBN) diproyeksikan hanya bertahan hingga 24 Juni untuk mempertahankan bantuan makanan beras di tengah kenaikan harga.
Ketiga, persiapan untuk program makan siang gratis yang dijanjikan oleh salah satu calon presiden Indonesia yang kemungkinan akan mencakup beras, menambah ketidakpastian industri.
“Dalam jangka pendek, panen pada bulan Maret mendatang, diantisipasi untuk menghasilkan 32 persen dari hasil beras nasional, dapat sementara mengurangi kendala pasokan sebelum awal musim Lebaran. Namun, pengenalan beras SHPH dapat mendorong ketergantungan pada beras bersubsidi,”tulis riset tersebut.
BCA Sekuritas juga mencatat terdapat transaksi belanja konsumen terutama pembelian beras yang menunjukkan segmen konsumen semakin beralih ke down-trading (membeli jenis yang lebih murah), menghasilkan volume penjualan yang meningkat tetapi nilai yang berkurang.
“Oleh karena itu, strategi jangka pendek yang paling praktis akan melibatkan peningkatan cadangan beras dari pabrik domestik sambil mempertahankan kegiatan ekspor,” imbuh riset tersebut. (ADF)