Ia berkata, pendekatan bisnis seperti biasa tidak akan memutus pandemi.
Diperlukan cara-cara inovatif untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan menggali lebih dalam potensi yang belum dimanfaatkan.
Selanjutnya, perlunya pemulihan konektivitas dan pergerakan barang secara global, jasa, dan masyarakat.
“Indonesia dan negara-negara CEE harus berkolaborasi dalam mengembangkan pengaturan teknis untuk menjaga konektivitas dan membangun rantai pasokan yang lebih tangguh,” ucapnya.
Menghidupkan kembali perjalanan internasional harus menjadi bidang prioritas kerja sama.
“Kita bisa mulai dengan menjajaki pembentukan Pengaturan Koridor perjalanan untuk pelancong bisnis penting untuk diikuti oleh pengaturan serupa untuk wisatawan,” ucapnya.
“Penting untuk upaya ini pengakuan timbal balik sertifikasi vaksin dan pedoman perjalanan untuk pergerakan orang antara Indonesia dan negara-negara CEE,” tambahnya.
Lebih lanjut, pentingnya upaya eksplorasi potensi yang belum dimanfaatkan dalam hubungan dagang. Retno menyebut, meskipun pandemi, total perdagangan antara Indonesia dan 20 negara CCE mencapai USD 4,31 miliar antara Januari-Juli 2021 dan tumbuh 25,57% dari periode yang sama tahun lalu. Namun, ini hanya menyumbang sekitar 2% dari keseluruhan perdagangan Indonesia selama periode tersebut dan 0,01% dari total perdagangan CEE.