sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Melihat Ekonomi Dunia di 2024 dari Kacamata BlackRock hingga Goldman Sachs

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
19/01/2024 12:35 WIB
Sejumlah lembaga konsultan global merilis sejumlah outlook ekonomi global untuk 2024.
Melihat Ekonomi Dunia di 2024 dari Kacamata BlackRock hingga Goldman Sachs. (Foto: Freepik)
Melihat Ekonomi Dunia di 2024 dari Kacamata BlackRock hingga Goldman Sachs. (Foto: Freepik)

Kabar baiknya adalah tingkat tabungan akibat pandemi masih ada. Ada harapan untuk terjadinya percepatan kembali di Eropa, karena inflasi terus menurun dan meningkatkan pendapatan riil. Serta guncangan akibat lonjakan harga energi pada tahun 2022 mulai memudar.

Di China, konsumen mungkin akan tetap berhati-hati dalam jangka waktu yang lebih lama mengingat lemahnya pasar perumahan, namun para pengambil kebijakan kini berada dalam mode pro-pertumbuhan, sehingga memberikan landasan bagi pertumbuhan pada laju 5 persen tahun ini.

Sementara itu, seperti AS, pertumbuhan di Jepang dan negara-negara berkembang selain China akan mengalami penurunan dibandingkan tahun ini karena tingkat tabungan yang sudah habis.

Hal ini akan membuat pertumbuhan global tidak terlalu berbeda, meskipun sedikit lebih lambat dibandingkan rata-rata jangka panjangnya.

Kalender pemilu yang padat tahun ini juga mungkin akan menimbulkan konsekuensi, terutama yang terjadi di Taiwan (mengingat ketegangan geopolitik dengan China) dan India (mengingat momentum reformasi positif di bawah pemerintahan Modi).

  1. RHB Global

RHB Global merangkum sejumlah faktor yang akan menjadi fokus investor global pada tahun 2024.

Di antaranya, RHB Global memperkirakan pertumbuhan global akan meningkat pada tahun 2024. Lembaga ini mempertahankan perkiraan diatas konsensus untuk AS dan Perekonomian China akan tumbuh masing-masing sebesar 2,2 persen dan 5,0 persen pada tahun 2024.

RHB Global juga mengingatkan untuk waspada terhadap potensi percepatan kembali laju inflasi global yang disebabkan oleh kenaikan harga komoditas dan pendorong inflasi lainnya di tengah meningkatnya permintaan global pada tahun ini.

RHB Global juga melihat adanya bias kenaikan pada harga minyak mentah dan pangan. Lembaha ini juga mendasarkan perkiraan puncak Fed Fund Rate (FFR) AS pada 5,50 – 5,75 persen, dengan keseimbangan risiko untuk FFR sudah mencapai puncaknya pada 5.25 – 5.5 persen. Tingkat puncak FFR ini diperkirakan akan terwujud pada 1Q24 sebelum normalisasi 5,0 – 5,25 persen pada 2H24.

Potensi kenaikan suku bunga FFR AS pada 1Q24 kemungkinan akan menambah kekuatan dolar pada saat itu dan tetap positif pada outlook DXY dan memperkirakannya pada kisaran rata-rata 105 – 110 pada 1Q24. Sementara normalisasi suku bunga dapat menghasilkan potensi pelemahan dolar hingga di bawah 100 pada 2H24.

RHB Global juga memberikan pandangan di antaranya peringkat overweight (OW) terhadap pasar saham dan market weight (MW) untuk instrumen investasi Pendapatan Tetap dan underweight (UW) untuk instrumen Cash.

  1. Goldman Sachs

Goldman Sach memperkirakan perekonomian global akan tumbuh sebesar 2,7 persen tahun ini, 1 poin persentase di atas perkiraan konsensus Bloomberg tahun lalu. Ini mengingat pertumbuhan ekonomi tahun ini melampaui ekspektasi pada tahun 2023.

Dalam kondisi ini, AS diprediksi akan berada di jalur pertumbuhan sebesar 2,4 persen, 2 poin persentase di atas perkiraan konsensus tahun lalu. Sementara inflasi inti turun dari 6 persen pada tahun 2022 menjadi 3 persen secara berurutan di seluruh negara yang mengalami lonjakan harga pasca-Covid-19.

Sementara proyeksi di negara lain secara umum akan lebih kecil, namun Goldman Sach memperkirakan 88 persen negara yang termasuk dalam cakupan riset mereka akan mengalami penurunan berdasarkan PDB.

Disinflasi yang lebih besar diperkirakan akan terjadi pada tahun depan di AS. Meski normalisasi di pasar produk dan tenaga kerja saat ini sudah sangat maju. Sementara efek disinflasi sepenuhnya masih terasa, dan inflasi inti akan turun kembali ke 2-2,5 persen pada akhir tahun 2024.

“Kami terus melihat risiko resesi yang terbatas dan menegaskan kembali probabilitas resesi di AS hanya mencapai 15 persen,” tulis publikasi Goldman Sachs berjudul Macro Outlook 2024: The Hard Part Is Over.

Goldman Sach juga memperkirakan akan ada beberapa hambatan terhadap pertumbuhan global pada tahun 2024, termasuk pertumbuhan pendapatan riil rumah tangga yang kuat, hambatan yang lebih kecil dari pengetatan moneter dan fiskal, pemulihan aktivitas manufaktur, dan peningkatan keinginan bank sentral untuk melakukan pemotongan asuransi jika pertumbuhan melambat.

Sebagian besar bank sentral juga diprediksi besar kemungkinan sudah selesai menaikkan suku bunga, namun kondisi perkiraan ekonomi global yang kuat masih di bawah baseline.

Penurunan suku bunga juga mungkin tidak akan terjadi hingga semester kedua 2024. Ketika suku bunga akhirnya ditetapkan, Goldman Sachs memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga kebijakan di atas perkiraan tingkat keberlanjutan jangka panjang saat ini.

Bank of Japan (BOK) kemungkinan akan mulai bergerak untuk keluar dari kendali kurva imbal hasil pada musim semi sebelum secara resmi keluar dan menaikkan suku bunga pada semester kedua 2024. Dengan asumsi inflasi masih berada pada jalur yang melampaui target 2 persen.

Pertumbuhan jangka pendek di China juga akan mendapat manfaat dari stimulus kebijakan lebih lanjut, namun perlambatan ekonomi selama beberapa tahun belakangan kemungkinan akan terus berlanjut. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement