Evergrande mengatakan kerugian itu disebabkan sejumlah alasan, termasuk jatuhnya nilai properti dan aset lainnya serta biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Industri real estat China sempat terguncang akibat berlakunya aturan baru untuk mengontrol jumlah pinjaman perusahaan real estat besar pada 2020.
Tahun berikutnya, Evergrande mengalami gagal membayar bunga sekitar USD1,2 miliar pinjaman internasional.
Masalah keuangannya ini kemudian mempengaruhi industri properti negara itu, dengan serangkaian pengembang lain gagal bayar utang dan meninggalkan proyek bangunan yang belum selesai.
Awal tahun ini, Evergrande menyusun rencana untuk merestrukturisasi sekitar USD20 miliar utang luar negeri. (ADF)