sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Memburu Investor EV Lewat Daya Tarik Nikel, Masihkah Efektif?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
01/08/2023 17:44 WIB
Daya tarik kendaraan listrik (electric vehicle/EV) semakin membuat banyak pihak untuk berlomba mengembangkan industrinya, tak terkecuali Indonesia.
Memburu Investor EV Lewat Daya Tarik Nikel, Masihkah Efektif? (Foto: MNC Media)
Memburu Investor EV Lewat Daya Tarik Nikel, Masihkah Efektif? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Daya tarik kendaraan listrik (electric vehicle/EV) semakin membuat banyak pihak untuk berlomba mengembangkan industrinya, tak terkecuali Indonesia.

Diberkahi oleh sumber daya alam (SDA) yang berpotensi menyuplai bahan baku kendaraan listrik, pemerintah terus gencar mendorong investasi untuk industri ini.

Esok pada pada 3 Agustus 2023, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves), Luhut Binsar Pandjaitan akan menemui Elon Musk untuk membicarakan kepastian rencana investasi Tesla, produsen mobil listrik miliknya di Indonesia.

"Jadi kita berharap BYD masuk ke kita, Tesla masuk di kita saya ketemu Elon Musk tanggal 3 Agustus 2023," ucap Luhut dalam acara Investor Daily Roundtable pada Senin (31/7/2023).

Tak hanya Luhut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tengah melakukan lawatan ke China untuk melakukan kunjungan kenegaraan pada Kamis (27/7/2023). Kunjungan itu merupakan agenda untuk memperingati 10 tahun kemitraan strategis dan komprehensif antara RI dengan China.

Salah satu agenda kunjungan Jokowi ke China adalah untuk membahas mengenai industri kendaraan listrik (EV) bersama para pengusaha China.

"Ya nanti dalam pertemuan CEO, memang yang berkaitan dengan mobil listrik akan kita bicarakan. Dan biasanya untuk Laut China Selatan, setiap bertemu dengan Presiden Xi, selalu saya singgung," ujarnya.

BYD, kini menjadi raja kendaraan listrik di wilayah Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Riset Countepoints menemukan, China mengalami pertumbuhan pesat dan melampaui pesaing mereka di kawasan Asia Tenggara, dengan pangsa pasar meningkat dari 38 persen pada 2022, menjadi hampir 75 persen.

Pada Q1 2023, BYD Group memimpin penjualan kendaraan listrik jenis BEV (Battery Electric Vehicle) di kawasan Asia Tenggara. Tiga grup teratas, yakni BYD, Hozon New Energy dan SAIC Group secara kolektif menyumbang lebih dari 68 persen pasar BEV.

Di pasar PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle), Geely Holding Group menempati posisi teratas, diikuti oleh BMW Group, dan Mercedes-Benz Group. (Lihat grafik di bawah ini.)

Pangsa EV yang semakin menarik ini membuat indoensia semakin percaya diri mampu berkiprah dalam industri ini. Terutama untuk mejadi pemasok utama bahan baku pembuat komponen kendaraan listrik, yaitu nikel.

Menurut laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), RI merupakan salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia.

USGS memperkirakan, Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta metrik ton pada 2022. Jumlah ini setara dengan milik Australia pada periode tersebut.

Kedua negara, Indonesia dan Australia masing-masing dapat menyumbang 21 persen dari total cadangan nikel global sepanjang tahun lalu.

Di pasar komoditas, harga nikel sepanjang bulan Juli telah mengalami kenaikan sebesar 8 persen. Nikel berjangka naik di atas USD21.000 per ton di tengah rendahnya persediaan dan harapan akan peningkatan permintaan.

China menjadi negara pengimpor utama komoditas ini untuk kebutuhan nasionalnya.

Standard and Poor's (S&P) juga memprediksi prospek peningkatan pembuatan mobil global pada 2023, 2024, dan 2025, dan meningkatkan kebutuhan bahan baku, termasuk nikel.

Namun, prospek keseluruhan pasar nikel diperkirakan tetap bearish karena adanya surplus pasokan dalam setidaknya satu dekade karena output yang lebih tinggi dari Indonesia dan Filipina.

Terbaru, mengutip Trading Economics, pabrik di China dan Indonesia mulai meninggalkan bursa London Metal Exchange (LME) untuk perdagangan nikel. Ini berpotensi menambah pasokan nikel sebesar 35 persen tahun ini dibandingkan 2022.

Sayangnya, tak hanya nikel, industri kendaraan listrik membutuhkan berbagai komoditas mineral penting (critical minerals) untuk produksi baterai dan berbagai komponennya.

Menurut International Energy Agency (IEA) pada Juli 2023, mineral yang paling banyak dibutuhkan industri kendaraan listrik adalah grafit. Ini tercermin dari volume permintaan mineral untuk industri kendaraan listrik global pada 2022.

IEA memperkirakan, volume permintaan grafit untuk produksi kendaraan listrik global mencapai 557,2 ribu ton pada 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Sejumlah komoditas lain yang juga paling banyak digunakan dalam industri EV adalah tembaga, nikel, mangan, litium, dan kobalt.

Ada juga mineral jenis lainnya, seperti silikon, neodimium, praseodimium, disprosium, dan terbium yang jumlahnya jauh lebih sedikit.

Secara total, sepanjang 2022 industri kendaraan listrik global diperkirakan menggunakan mineral penting sebanyak 1,47 juta ton.

Permintaan komoditas mineral diprediksi akan semakin membesar di masa mendatang, seiring dengan tren penggunaan kendaraan listrik dan teknologi rendah emisi.

Menurut proyeksi IEA, volume permintaan grafit, tembaga, dan litium bisa meningkat minimal 2-3 kali lipat. Sementara permintaan nikel hanya bisa naik 1,5 kali lipat pada 2030 dibanding saat ini.

Pertumbuhan permintaan itu diproyeksikan datang dari industri kendaraan listrik, baterai energi terbarukan, serta pembangkit listrik rendah emisi.

IEA melihat akan semakin banyak aliran investasi di sektor pertambangan dan pengolahan mineral.

"Berdasarkan analisis kami terhadap aliran investasi di 20 perusahaan tambang besar dunia, ada peningkatan kuat dalam belanja modal untuk mineral penting, didorong oleh momentum pengembangan energi bersih," tulis laporan IEA Critical Minerals Market Review 2023. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement