Untuk memahami berapa banyak investasi pada tahap pra-pembibitan (pre-seed stage) startup, data Crunchbase memetakan investasi awal yang dilakukan Y Combinator. Angkanya terpantau meroket sejak 2005 hingga 2020. (Lihat grafik di bawah ini.)
Y Combinator yang juga merupakan jebolan Silicon Valley, kawasan di mana banyak startup AS lahir, diketahui merupakan klien utama SVB. Menurut CEO YC, Garry Tan, hampir sepertiga dari startup Y Combinator secara global memiliki eksposur ke SVB sebagai satu-satunya rekening bank mereka.
Di Asia Tenggara, Y Combinator telah mencatatkan total 111 startup aktif dari seluruh kawasan ini. Perusahaan-perusahaan ini biasanya akan menyetor cek pertama mereka dengan SVB atau pemberi pinjaman lokal seperti startup Aspire dan sekarang dapat melihat krisis modal kerja.
Setidaknya, terdapat 33 startup RI yang terhubung dengan Y Combinator. Lulusan Y Combinator Asia Tenggara khususnya dari Indonesia, di antaranya Xendit, Ajaib, Shipper, Fazz, Super, Buku Warung, Materee, Payable, Delegasi, CrediBook, Fresh Factory, Bananas, Aigis, Deall Jobs, Finku, PINA, Bakool, Sribuu, UpBanx, Whiz, Dropezy, bipi, Transfez, Lumina, StafBook, Titipku, Sirka, Verihubs, Arbofinance, ErudiFi, Dropee, Pahamify, Eden Farm.
Menurut laporan Bloomberg, salah satu investor startup teraktif Asia Tenggara, Temasek Holdings Singapura telah menjangkau perusahaan portofolionya untuk mengukur keterpaparan mereka terhadap SVB. Investor negeri Singa tersebut menyatakan tidak memiliki hubungan langsung dengan SVB.
Startup Asia Tenggara yang memperoleh dana dari 500 Global dan Hedosophia termasuk di antara mereka yang memiliki paparan langsung ke SVB. Hal ini diungkap menurut daftar deposan yang disusun oleh penyedia layanan uji tuntas Castle Hall berdasarkan data US Securities and Exchange Commission (SEC). Beberapa portofolio utama 500 Global yang terdapat di Asia Tenggara di antaranya unicorn Asia Tenggara seperti Grab, Bukalapak, Carousell, Carsome, FinAccel.
Ini menjadi alarm serius bagi startup khususnya di Asia Tenggara. Di saat perusahaan rintisan masih berjuang dalam mengembangkan bisnis, kolapsnya induk keuangan SVB perlu disikapi dengan kehati-hatian. (ADF)