Menurut Defiyan, asumsinya semua negara tergantung pada energi fosil terutama minyak mentah ini masih besar porsinya, otomatis yang dibutuhkan adalah negara-negara produsen.
"Tetapi jangan salah, kalau semua negara atau beberapa negara dengan konsumsi sudah siap dengan energi alternatifnya, bukan tidak mungkin sebagai pukulan bagi negara produsen ini," ujar dia.
Menurut Defiyan, stategi mengatur atau memainkan harga naik dan turun ini justru menjadi boomerang bagi mereka yang produksi energi minyak dari sumber energi fosil. Sebab kesiapan negara yang masing-masing yang didalam konteks abad 21 ini kecenderungannya adalah mau menyelamatkan kondisi perekonomian negaranya masing-masing.
"Jadi saya kira dengan ketersediaan yang melimpah pun bagi Amerika dan negara-negara produsen sedang mengalami posisi yang tidak enak dalam mengelola perekonomian dunia terutama di dalam memasarkan energi fosil ini, belum tentu juga harga ini merupakan pukulan dunia," katanya. (NDA)