“Sebagai langkah awal transformasi energi maka ditargetkan 23% bauran energi di tahun 2025 adalah energi baru dan terbarukan (EBT). Hingga akhir tahun 2021 lalu, bauran energi dari EBT telah mencapai sekitar 11,7 persen," tutur Airlangga.
Dijelaskannya, strategi utama yang disusun untuk menuju karbon netral dari sisi supply, yaitu pertama, pengembangan energi baru terbarukan (EBT) secara masif dengan fokus pada tenaga surya, air (hydro), panas bumi, angin, biogas dan biomass. Sedangkan strategi kedua adalah Retirement PLTU yang dilakukan secara bertahap.
Sedangkan yang ketiga adalah pemanfaatan teknologi rendah emisi, seperti Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) dan Penerapan Kebijakan Nilai Ekonomi Karbon (NEK/Carbon Pricing).
"Sementara dari sisi demand, strategi yang dilakukan antara lain pemanfaatan kompor induksi listrik dan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), penerapan manajemen energi dan beberapa sektor investasi potensial yaitu sektor pembangkit listrik tenaga surya, tenaga air, hidrogen serta paduan amonia," ungkap Airlangga.
Atas paparan yang disampaikan Airlangga, Masumi Kakinoki pun menyampaikan apresiasinya. Kakinoki juga memberikan apresiasi atas kesiapan Indonesia dalam Presidensi G20 Tahun 2022 dan ASEAN Tahun 2023, pada saat momen bersejarah 50 Tahun Hubungan ASEAN–Jepang.