Dari 17 subsektor ekonomi kreatif, sektor fesyen, kriya, dan kuliner menjadi tiga teratas. Sektor fesyen misalnya, menyumbangkan Rp200,20 triliun atau 17,64 persen terhadap PDB nasional di tahun 2020. Sementara kriya menyumbangkan Rp166,13 triliun atau sekitar 14,64 persen atas keseluruhan PDB nasional di tahun 2020. Sedangkan kuliner menyumbang Rp455,44 triliun atau sebesar 40,13 persen atas keseluruhan PDB nasional di tahun 2020.
"Pariwisata bisa kita kembangkan, tapi yang ingin saya dorong tidak hanya pariwisata. Adalah 17 subsektor ekonomi kreatif yang terbuka peluangnya di pandemi ini. Di fesyen misalnya, kita harus mengapresiasi fesyen lokal," kata Sandiaga.
Kemenparekraf bersama Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) sebelumnya telah menandatangani Nota Kesepahaman dalam rangka Pengembangan Potensi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Pekerja Migran Indonesia dan Keluarganya. Kemenparekraf akan memberikan pendampingan dan pelatihan bagi para PMI Purna dalam memproduksi produk-produk ekonomi kreatif.
"Selain pemanfaatan teknologi dalam digitalisasi, networking, dan kolaborasi juga harus dapat ditingkatkan para PMI dalam membuka usaha. Mari kita tangkap timing yang tepat untuk memulai usaha," kata Sandiaga.
Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati, mengatakan pihaknya selama ini turut memiliki program meningkatkan kapasitas pekerja migran Indonesia khususnya para PMI di Hong Kong. Diantaranya adalah program peningkatan kapasitas untuk berwirausaha, pelatihan keuangan, juga akses modal. Hong Kong sendiri merupakan salah satu negara yang banyak menyerap pekerja migran Indonesia.