"Indonesia ini sudah setara dari negara-negara yang selama ini dilihat oleh semua pihak, dilihat oleh semua negara sebagai negara industri maju. Jadi kita sudah setara MVA kita dengan Inggris, sudah setara dengan Rusia, juga sudah setara dengan Perancis," ujarnya.
Tak hanya itu, lanjut Agus, data yang dirilis oleh BPS pada kuartal I 2025, sektor manufaktur menyumbang 17,50 persen terhadap PDB. Angka itu naik secara tahunan (year on year) di mana pada 2024 mencapai 17,47 persen. Sementara secara kuartalan (quarter to quarter) juga naik dari 17,31 persen menjadi 17,50 persen.
Agus menegaskan capaian ini menjadikan sektor manufaktur sebagai penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kontribusi manufaktur terhadap PDB nasional itu berada pada angka 17,50 persen dan tetap menjadikan manufaktur sebagai prime mover, sebagai sektor utama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi, dalam menciptakan lapangan kerja dan juga daya saing ekspor nasional," tuturnya.
"Ini dari dua saja, dari dua faktor saja, MVA dan share terhadap GDP. Belum kita bicara soal investasi, belum kita bicara soal penyelamatan tenaga kerja manufaktur, itu dengan mudah bisa dipatahkan bahwa Indonesia tidak dalam fase deindustrialisasi, dengan mudah kita bisa patahkan," tambahnya.
(Ferdi Christian)