"Kalau kita mampu mengcover secara baik untuk substansi impor itu bisa kita melakukan efisiensi, per 1 juta ton efisiensi kita bisa 4 triliun," sambungnya.
Selain itu Bahlil juga menyebut metanol, yang saat ini 80 persen kebutuhan dalam negerinya masih di datangkan dari impor. Nantinya industri tersebut bakal di bangun di Kalimantan, sehingga diharapkan bisa menekan angka impor.
Disektor pertambangan juga bahlil menyebut telah menawarkan untuk mengelolanya bersama negara luar adakah nikel, bauksit, dan timah. Kedepan pengelola nikel bakal menjadi cikal bakal pembuatan baterai mobil listrik.
"Kita minta agar hilirisasi yang terjadi di sektor komoditas tambang, seperti nikel, kemudian bauksit dan timah, serta batu bara ini menjadi bagian terpenting," tutup Bahlil. (RAMA)