Hingga tahun 2025 itu, sektor listrik atau PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) masih menjadi yang terbesar sebagai pengguna batu bara dalam negeri. Dengan masing-masing kebutuhan di tahun 2022 sebesar 119 juta ton; 2023 sebesar 126 juta ton; 2024 sebesar 140 juta ton; dan 2025 mencapai 128 juta ton.
“Berdasarkan realisasi 2015-2021 konsumsi batu bara untuk kelistrikan mengalami kenaikan sebesar 60 persen. Sementara konsumsi batu bara untuk industri di luar kelistrikan mengalami kenaikan 52 persen,” kata Arifin.
PT PLN mencatat adanya penurunan pasokan batu bara di tengah peningkatan demand listrik. Jika kondisi ini berlarut-larut PLN mengakui potensi krisis batu bara bisa kembali terulang.
Sementara itu, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan, jika melihat selama 2021 stock pile batu bara PLN berada di bawah level aman di mana berada di kisaran 2,2 juta MT hingga 3,7 juta MT. Melalui usaha dari Menteri ESDM dan Komisi VII dengan adanya perubahan kebijakan yang lebih memaksa (enforce), berhasil menunjukkan perbaikan stock pile yang lebih baik di Januari 2022.
Berdasarkan data yang disajikan PLN, pada Januari 2022 saat awal periode recovery krisis, stok batu bara mulai pulih dan naik menjadi 4,4 juta MT. Hal ini berlanjut pada periode Februari hingga Juni 2022 yang meningkat di kisaran 5,1 juta MT hingga 5,7 juta MT. Level stok ini diakui Darmawan jauh lebih membaik dibandingkan dengan tahun 2021.
(FRI)