Akses penggunaan dan pemanfaatan teknologi juga harus dibuat lebih inklusif. Oleh karena itu, kata dia, akses dan pembiayaan yang terjangkau harus dijajaki secara masif.
"Saat ini Indonesia ada dua skema pembiayaan panas bumi yaitu geothermal energy uptstream development project dan geothermal resource risk mitigation yang merupakan kerja sama antara Kementerian Keuangan, PT SMI, dan Bank Dunia," katanya.
Kementerian ESDM mencatat pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir dengan kapasitas terpasang saat ini telah mencapai 12 gigawatt.
Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan peta jalan jangka menengah terkait penambahan EBT melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN tahun 2021-2030. Dalam peta jalan itu, lanjutnya, penambahan EBT ditargetkan mencapai 20,9 GW atau setara 51,6 persen dari total pembangkit listrik yang dibangun oleh PLN.
(FRI)