sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Menteri ESDM Usul Asumsi Lifting Minyak Turun Jadi 580-601 Ribu Bph di 2025

Economics editor Atikah Umiyani/MPI
05/06/2024 14:17 WIB
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengusulkan asumsi lifting minyak bumi Indonesia hanya sekitar 580-601 ribu barel per hari dalam asumsi makro RAPBN 2025.
Menteri ESDM Usul Asumsi Lifting Minyak Turun Jadi 580-601 Ribu Bph di 2025. (Foto MNC Media)
Menteri ESDM Usul Asumsi Lifting Minyak Turun Jadi 580-601 Ribu Bph di 2025. (Foto MNC Media)

IDXChannel - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengusulkan asumsi lifting minyak bumi Indonesia hanya sekitar 580-601 ribu barel per hari dalam asumsi makro RAPBN 2025.

Sementara lifting gas bumi diusulkan berada di kisaran 1,003 juta-1,047 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).

"Mencermati realisasi sampai dengan bulan Mei 2024 dan outlook 2024, lifting minyak dan gas bumi pada RAPBN 2025 diusulkan sebesar 1,583 juta sampai 1,648 juta barel setara minyak per hari," jelas Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (5/6/2024).

Sebagai informasi, berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak pada Januari-Mei 2024 mencapai 561,9 ribu barel per hari (BOPD). Padahal, outlook akhir tahun sebesar 595 ribu BOPD.

Namun, produksi minyak bumi nasional itu ditargetkan sebesar 635 ribu BOPD dalam APBN 2024.

Bahkan, outlook lifting minyak tahun 2024 masih lebih rendah jika dibandingkan realisasi tahun sebelumnya. Diketahui, realisasi produksi minyak bumi pada 2023 mencapai kisaran 605 ribu BOPD atau jauh di bawah target yang ditetapkan 660 ribu BOPD.

Sementara untuk lifting gas bumi, Kementerian ESDM mencatat realisasi hingga Mei 2024 sebesar 939,8 ribu BOEPD dengan outlook pada akhir tahun sebesar 993,8 ribu BOEPD.

Meski outlook lifting gas bumi tahun 2024 masih lebih besar dibanding realisasi 2023 yang hanya 960 ribu BOEPD, proyeksi itu masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam APBN TA 2024 sebesar 1,033 juta BOEPD.

Arifin menambahkan, realisasi skema Production Sharing Contract (PSC) cost recovery hingga Mei 2024 mencapai USD2,51 miliar atau 30 persen dari yang ditetapkan sebesar USD8,25 miliar.

Arifin pun memperkirakan realisasi cost recovery sepanjang tahun ini sedikit diatas batas yang ditetapkan, yakni sebesar USD8,26 miliar. Artinya, serapan cost recovery berpotensi membengkak dari realisasi tahun 2023 yang hanya USD7,67 miliar.

"Lalu pada APBN 2025, kami usulkan (cost recovery) sebesar USD8,5-USD8,7 miliar," pungkas Arifin.

Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menilai sangat wajar apabila lifting minyak Indonesia terus menurun. Hal tersebut karena melemahnya produksi pada lapangan-lapangan tua.

Oleh sebab itu, Mulyanto meminta pemerintah dan para pemangku kepentingan ada baiknya merelakan target produksi 1 juta BOPD tahun 2030 begitu saja karena target itu sudah sangat tidak mungkin untuk dicapai.

"Karenanya kita relakan saja, ya segini-segini saja lah ya jangan terlalu tinggi. Tapi kalau bisa, cost recovery juga jangan tinggi-tinggi dong," tegas Mulyanto.

(YNA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement