sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Minyak Curah Bakal Dilarang Mulai Awal 2022, Pedagang Pasar Cibubur Mengeluh

Economics editor Oktorizi Alpino
25/11/2021 16:36 WIB
Minyak goreng curah merupakan salah satu kebutuhan pokok warga yang banyak peminatnya.
Minyak Curah Bakal Dilarang Mulai Awal 2022, Pedagang Pasar Cibubur Mengeluh (FOTO:MNC Media)
Minyak Curah Bakal Dilarang Mulai Awal 2022, Pedagang Pasar Cibubur Mengeluh (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Adanya larangan penjualan minyak goreng curah mulai 1 Januari 2022 mendatang mendapat penolakan dari banyak pedagang kecil. 

Pasalnya, minyak goreng curah merupakan salah satu kebutuhan pokok warga yang banyak peminatnya. 

Sony (45) pedagang minyak goreng curah di pasar Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur menilai keputusan tersebut tidak berpihak kepada warga dengan penghasilan minim. 

"Minyak goreng curah masih banyak dicari, terutama itu sama pedagang gorengan dan warteg. Kebanyakan mereka yang berpenghasilan pas-pasan itu yang banyak cari," kata Sony di Jakarta Timur, Kamis (25/11/2021). 

Menurut dia, larangan penjualan minyak goreng curah harus mempertimbangkan aspek pendapatan warga. Pasalnya, untuk beralih ke minyak goreng kemasan harganya terlampau tinggi sehingga tak bisa menyentuh semua lapisan. 

"Selisih harga minyak goreng curah dan kemasan ini buat warga kecil terasa besar. Sebelum dilarang saja warga dan pedagang sudah susah, apalagi kalau dilarang nanti," ujarnya.  

Dia menuturkan, harga minyak goreng kemasan saat ini dibanderol sebesar Rp23 ribu. Hal itu yang membuat warga lebih memilih menggunakan minyak goreng curah ketimbang minyak goreng kemasan. 

"Selama saya dagang ini kenaikan harga minyak goreng paling parah, lebih dari Rp 20 ribu per kilogram. Dulu pas lebaran saja harganya paling tinggi hanya Rp 16 ribu per kilogram," tuturnya. 

Astuti (40) pemilik warteg di kawasan Ciracas mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng kemasan. Dia menilai kenaikan itu tidak manusiawi di tengah pandemi Covid-19 di mana roda perekonomian terasa sulit. 

"Karena minyak goreng kemasan harganya mahal jadi saya beralih ke minyak goreng curah. Minyak goreng kan sangat dibutuhkan untuk keperluan masak. Apalagi kaya saya yang memiliki usaha warteg," ujarnya. 

Tito pedagang (48) gorengan di kawasan Ciracas pun mengeluhkan kenaikan harga minyak goreng yang terlampau tinggi. Menurutnya, apabila minyak goreng curah harus diganti dengan minyak goreng kemasan maka pemerintah lebih dulu menurunkan harga minyak goreng yang saat ini sudah menyusahkan warga. 

"Jualan tetap harus jualan, harga engga bisa kita naikin nanti pembeli protes terus dagangan enggak laku makin sulit aja hidup. Situasi masih Corona tapi enggak ada perhatian ke rakyat kecil, harga-harga semuanya makin naik," tuturnya.

(SANDY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement