IDXChannel - Angka kemiskinan di Kabupaten Majalengka terbilang tinggi. Bahkan, berdasarkan data BPS 2017-2021, Majalengka masuk dalam lima besar kabupaten atau kota di Jawa Barat daerah miskin.
Kondisi tersebut dinilai ironis, mengingat dalam beberapa tahun terakhir, Majalengka menjadi sasaran baru para investor untuk menanam investasi. Selain garmen, sejumlah industri sepatu, rokok, makanan mulai tumbuh subur di daerah ini.
Menyikapi fenomena itu, Bupati Majalengka, Karna Sobahi mengatakan, banyaknya industri itu menjadi salah satu pemicu tingginya angka kemiskinan di Majalengka. Hal tersebut seiring dengan Pandemi Covid-19 yang membuat industri terpaksa harus memangkas jumlah karyawannya.
"Kan sebetulnya itu bukan angka kemiskinan normal, (tapi) kemiskinan ekstrem yang disebabkan Pandemi Covid-19. Justru semakin banyak industri kaya kabupaten lain, semakin banyak PHK, semakin banyak kemiskinan," kata Karna, Rabu (4/1/2023).
Sebagai contoh, jelas Karna, tidak sedikit pasangan suami-istri yang sama-sama bekerja di dua perusahaan berbeda. Namun, saat terjadi pandemi, pasutri itu sama-sama terkena kebijakan pemangkasan jumlah karyawan di tempatnya bekerja masing-masing.
"Contoh, istrinya kerja di Litex, suaminya di Shoetown, diberhentikan. Cicilan motor, rumah, anak sekolah. Itu lah sebetulnya," ungkap dia.
"Justru di kabupaten yang banyak industri, banyak PHK, semakin banyak meningkat itu angka kemiskinan. Petani mah enggak begitu terpengaruh oleh pandemi itu. Nah ini persoalannya," lanjut Karna.
Seiring dengan penanganan Pandemi yang dinilai berhasil, Karna mengingatkan kepada perusahaan untuk kembali mempekerjakan para karyawan yang sebelumnya terkena PHK.
"Makanya saat ini kita sedang tekan terus industri agar mengembalikan lagi orang-orang yang dirumahkan. Cerita tidak ada PHK, itu diganti dengan (istilah) dirumahkan," beber dia.
Terpisah, Senior Manager Industrial PT SLI, Agus Rusyana mengatakan, selama masa pandemi, perusahaannya tidak memberlakukan PHK kepada para karyawannya. Namun, Agus mengaku, memang ada pengurangan jumlah karyawan selama pandemi.
"Selama pandemi dari 2020 sampai saat ini, tidak ada PHK yang dilakukan. Pengurangan karyawan terjadi secara alamiah saja, yakni karena mengundurkan diri atau sebab lain yang wajar," jelas dia.
Disinggung apakah saat ini perusahaannya masih membuka rekrutmen karyawan, Agus menjelaskan, untuk sementara dihentikan terlebih dahulu.
"Saat ini proses rekrutmen sedang di-hold dulu. Dengan kondisi ekonomi global dan ancaman resesi, sangat berdampak terhadap order yang diterima. Untuk industri alas kaki sendiri, rata-rata penurunan order sampai 40 persen," pungkas Agus.
(FAY)