sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Nasib Pembiayaan Berkelanjutan di Tengah Berkah Komoditas ‘Kotor’ RI

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
18/10/2022 13:11 WIB
Di tengah dorongan implementasi pembiayaan berkelanjutan, beberapa institusi perbankan masih menyalurkan kredit untuk sektor pertambangan.
Nasib Pembiayaan Berkelanjutan di Tengah Berkah Komoditas ‘Kotor’ RI. (Ilustrasi)
Nasib Pembiayaan Berkelanjutan di Tengah Berkah Komoditas ‘Kotor’ RI. (Ilustrasi)

Namun, BNI masih tercatat menyalurkan kredit di sektor pertambangan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perusahaan dengan kenaikan 373% year on year (yoy) pada Juni 2022. Penyaluran ini menjadi tiga besar pertumbuhan kredit BNI. Sementara sektor tambang juga masih menjadi penyumbang pertumbuhan kredit komersial dengan nilai 168% quarter-to-quarter (QoQ) pada periode yang sama.

Secara umum, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sampai dengan Juni 2022, perbankan di Indonesia menyalurkan kredit sebesar Rp210,94 ke sektor pertambangan dan penggalian, meningkat dibanding Februari 2022 yang mencapai Rp158,13 triliun.

Berkah Komoditas Ancaman Pembiayaan Berkelanjutan

Di tengah pelemahan ekonomi global, Indonesia tengah menikmati  ‘durian runtuh’ alias windfall komoditas yang dianggap memiliki emisi tinggi seperti batu bara. (Lihat grafik di bawah ini.)

Tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor batu bara Indonesia terus meroket seiring dengan kenaikan harganya di pasaran. Total ekspor batu bara nasional pada kuartal II 2022 mencapai USD13,55 miliar, meningkat sekitar 155% (YoY).

Ekspansi pasar terjadi di Eropa, yang sedang dilanda krisis pasokan energi dampak dari embargo gas dari Rusia.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga mencatat, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per akhir Juni 2022 juga mencapai Rp281 triliun. Hal ini didorong oleh kenaikan pendapatan sumber daya alam (SDA) dan pendapatan KND yang mengalami kenaikan signifikan. Angka tersebut tumbuh 35,5% dari tahun lalu sebesar Rp207 triliun.

Rincian PNBP SDA ini mencapai Rp 114,6 triliun, yang meliputi PNBP SDA Migas sebesar Rp74,6 triliun, atau tumbuh 86,8% yoy. Jumlah ini meliputi minyak bumi sebesar Rp66,1 triliun dan gas bumi sebesar Rp8,4 triliun.

Sementara itu, pada PNBP SDA Non Migas juga mengalami kenaikan signifikan sebesar Rp40 triliun, atau tumbuh 101,8 triliun jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama pada tahun lalu yang hanya mencapai Rp19,8 triliun. 

Sementara rincian PNBP SDA Non Migas paling besar disumbang sektor pertambangan minerba dengan realisasi Rp 36,3 triliun.

Realitas ini menunjukkan bahwa sektor pembiayaan keuangan RI masih belum bisa sepenuhnya melepaskan diri dari sektor pertambangan.

Mengingat sektor ini masih menjadi tulang punggung (backbone) bagi perekonomian nasional, ke depan hal ini akan menjadi tantangan serius bagi pembiayaan berkelanjutan. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement