Hal ini disebabkan adanya selisih harga. Purwono menjelaskan bahwa industri baja membeli bahan bakunya menggunakan mata uang dolar sementara ketika menjual produknya menggunakan rupiah.
Baca Juga:
"Terkait dengan kurs yang meningkat tentunya industri baja itu di Indonesia kita impor Dalam dolar ya, Sedangkan kita jual itu ke pasar dalam rupiah. Nah selisih inilah biasanya di jangka pendeknya itu akan mengganggu. Kalo panjang biasanya bisa menyesuaikan," katanya.
(SLF)