sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Ormas Bisa Kelola Tambang, Batu Bara Masih Jadi Andalan Bisnis Energi di RI

Economics editor Maulina Ulfa
04/06/2024 17:21 WIB
Polemik organisasi kemasyarakatan (ormas) dapat mengelola tambang terus bergulir.
Ormas Bisa Kelola Tambang, Batu Bara Masih Jadi Andalan Bisnis Energi di RI. (Foto:
Ormas Bisa Kelola Tambang, Batu Bara Masih Jadi Andalan Bisnis Energi di RI. (Foto:

IDXChannel - Polemik organisasi kemasyarakatan (ormas) dapat mengelola tambang terus bergulir. Ini berawal dari pernyataan Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yang mengatakan akan memberikan konsesi tambang batu bara kepada Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Hal tersebut dia sampaikan pada acara Pembukaan Pra Kongres VIII BEM Perguruan Tinggi NU se-Nusantara di Universitas Islam As Syafi'iyah, Bekasi, dikutip Minggu (2/6/2024).

NU akan menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas) pertama yang mendapatkan hak konsesi tambang sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2024.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengatakan, pemberian izin tambang untuk ormas keagamaan dari pemerintah merupakan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tujuan mulia dari kebijakan itu sungguh-sungguh tercapai.

“Nahdlatul Ulama telah siap dengan sumber-sumber daya manusia yang mumpuni, perangkat organisasi yang lengkap, dan jaringan bisnis yang cukup kuat untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut,” ujar Gus Yahya, Senin (3/6), dikutip NU Online.

Harumnya Bisnis Batu Bara

Sektor batu bara selama ini masih menjadi salah satu penopang utama perekonomian Indonesia. Bisa dibilang, sektor tambang ini menjadi primadona di segmen bisnis energi di Indonesia.

Batu bara sangat mendominasi dalam pendapatan ekspor Tanah Air. Berdasarkan Kementerian ESDM, realisasi ekspor batu bara terus meningkat sejak 2022.

Di samping itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor mineral batu bara (minerba) ditopang oleh emas hitam. (Lihat grafik di bawah ini.)

Di awal tahun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut PNBP dari sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2024 ini ditargetkan turun dibandingkan 2023. Penurunan target PNBP di sektor energi dan pertambangan ini diperkirakan terjadi di semua subsektor, termasuk batu bara.

“Sektor komoditas mineral dan batu bara di mana penurunan yang lebih besar terjadi. PNBP sektor minerba pada 2024 ini diperkirakan anjlok 34 persen menjadi Rp 113,5 triliun dari Rp 173 triliun pada 2023,” ujar Menteri ESDM Arifin Tasrif pada pertengahan Januari lalu.

Lima komoditas utama yang paling banyak dieskpor sepanjang April 2024, yakni bahan bakar mineral sebesar USD3,21 miliar atau 16,83 persen dari total ekspor.

Pada komoditas batu bara, nilai ekspor batu bara pada April 2024 tercatat sebesar USD2,6 miliar mengalami kenaikan 1,84 persen secara bulanan (mtm).

Sementara secara tahunan (YOY) ada penurunan tajam penjualan sebesar 19,26 persen meski secara volume masih ada peningkatan. Harga batu bara yang jatuh di pasar global yang membuat nilai ekspor emas hitam turun.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, komoditas ini memberikan share 14,27 persen dari total ekspor RI.

"Komoditas yang paling berkontribusi ini adalah HS 27, bahan bakar mineral, yaitu masuk kategori non migas, dalam hal ini didominasi oleh komoditas batu bara," kata Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Pudji Ismartini, Rabu (15/5).

Melansir Kemenkeu, salah satu produsen batu bara yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi salah satu penyumbang royalti besar, seiring dengan posisinya sebagai produsen terbesar.

Setiap tahunnya memproduksi kisaran 80-85 juta ton, jauh lebih besar dibandingkan perusahaan serupa. Pada 2018, BUMI dinobatkan sebagai Pembayar PNBP Terbesar di Indonesia. 

Sebelumnya pada 2017, BUMI juga dinobatkan sebagai perusahaan yang memberikan PNBP terbesar dengan nilai lebih dari Rp9 triliun. 

Namun, sektor batu bara kini menghadapi normalisasi harga usai meroket pada 2022 lalu seiring adanya perang Rusia-Ukraina. Harga batu bara kini diperdagangkan di kisaran USD144 per ton, melorot tajam dari periode tertingginya pada medio 2022 di kisaran USD430 per ton.

Penurunan harga acuan batu bara ini dalam taraf tertentu akan memengaruhi pendapatan negara tahun ini.

Sinyal ini juga terlihat dari penurunan penjualan batu bara beberapa emiten yang cukup membebani pendapatan perusahaan.

Tak hanya itu, eksistensi batu bara juga semakin menemui tantangan di era transisi energi.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement