"Harapan kami dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, BioCNG dapat dimanfaatkan untuk menggantikan LPG non-subsidi untuk sektor industri dan komersil (12 dan 50 kg), sebagaimana yang diketahui sebagian besar suplai LPG berasal dari impor (sebesar 74%) sehingga berdampak pada defisit neraca perdagangan. Proyek BioCNG diharapkan dapat menjadi salah satu opsi solusi dalam usaha Pemerintah menurunkan impor LPG," terangnya.
Pengembangan Proyek BioCNG di industri kelapa sawit tentunya akan membantu Perkebunan / Pabrik Kelapa Sawit dalam mengurangi emisi karbon, mengatasi masalah limbah serta membantu industri terdekat untuk lebih memanfaatkan EBT sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan dekarbonisasi.
Adapun, langkah pengembangan dan pembangunan proyek BioCNG ini tentunya akan membantu membuka lapangan kerja hijau bagi masyarakat sekitar yang kemudian memberikan multiplier effect bagi pembangunan ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan.
"Kami berharap plant BioCNG ini akan berjalan dengan baik dan memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia, khususnya dalam rangka pemanfaatan biogas menjadi energi. Kami menyadari masih terdapat peluang-peluang inovasi baik dari segi teknologi dan kebijakan yang dapat dilaksanakan untuk mendukung pencapaian target pemerintah. Berbagai tantangan dalam pengembangan akan hadir namun sinergi yang solid adalah kunci untuk keberhasilan transisi energi di Indonesia," tutupnya.
(SAN)