Hal ini juga dilakukan secara berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif dari kemasan konvensional terhadap lingkungan.
"Di Indonesia sendiri, smart packaging sudah memiliki banyak model," katanya.
Sementara itu, tren kemasan ramah lingkungan menjadi salah satu suatu gerakan yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah kemasan terhadap lingkungan.
Meski begitu, untuk hal ini berbeda dengan kemasan daur ulang lainnya yang membutuhkan tahapan yang panjang, proses recycle kardus ALVAboard berlangsung lebih singkat.
Perusahaan yang berada di Kawasan Industri Jatake Kabupaten Tangerang ini mendistribusikan produknya dengan berfokus pada kemasan inovatif dari lembaran plastik polypropylene (PP), bahan plastik yang dapat mengurai dalam 20-30 tahun, atau lebih cepat dari banyak bahan plastik lainnya yang bisa mencapai ratusan tahun.
"Sesuai data yang dipaparkan Kemenperin, pengumpulan sampah plastik yang ada saat ini, baru sekitar 20 persen yang bisa dipergunakan sebagai bahan baku plastik. Untuk itu, salah satu pendekatan pengelolaan sampah nasional adalah pendekatan circular economy (ekonomi sirkular)," ungkapnya.
Sebagai perbandingan, plastik yang tidak didaur ulang setara dengan 3,8 persen emisi gas rumah kaca global, yang menjadikannya salah satu pencemar lingkungan terbesar di dunia.
"Inilah mengapa daur ulang sangat penting. Kertas dan kardus juga bukan tanpa kekurangan. Keduanya memakan sejumlah besar energi untuk sumber dan produksinya. Jejak karbon global keduanya relatif rendah hanya sekitar satu persen karena sumber energi terbarukan seperti biogas, biomassa, dan pembangkit listrik tenaga air. Tetapi plastik dibuat dengan proses yang jauh lebih efisien, membutuhkan energi 40 persen lebih sedikit," paparnya.
(YNA)